PDIP hanya perlu mencari sosok yang memiliki akar yang kuat, memiliki komunitas basis yang solid, dan dapat diterima oleh orang tua dan anak muda kelompok (37,23%).
Selain pemilihan Cawagub representatif, maka PDIP perlu membangun tim pemenangan (kampanye) yang kuat. Para pemain tua yang terbukti gagal (2008, 2013, dan 2018) sebaiknya jadi penasihat.
Kita butuh panglima “perang” yang handal, organisator yang ulung, ahli strategi yang mumpuni, yang mampu memimpin dan menggerakkan semua lini. Pemimpin yang memiliki latar belakang organisasi yang kuat, jejaring yang luas. Pemimpin yang tidak pernah terlibat dalam perbuatan tercela, dan melukai hati rakyat seperti korupsi, narkoba, ilegal logging, rentenir, judi, dan perdagangan hewan pun manusia.
Dengan demikian, Pilgub Sumut akan menarik dan dapat dijadikan role model oleh PDIP. Pilgub Sumut dirancang bukan untuk sekedar mengalahkan “kekuasaan”.
Pilgub Sumut adalah pertarungan untuk memenangkan rakyat, menang dari rasa takut dan intimidasi. Menang dari abuse of power, penyalahgunaan hibah, dan bantuan sosial (bansos). Bebas dari penyalahgunaan perangkat dan alat kekuasaan.
Merdeka dari sandera politik dan hukum, sehingga rakyat berdaulat, melalui suara yang diberikan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia di TPS. Rakyat menang bersama PDIP, Satyam Eva Jayate, Merdeka!.(***)
Penulis adalah Kader PDIP, Presidium Satgas Anti Kecurangan Pilkada
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post