Dengan hanya dua (2) pasangan calon, maka pasangan yang bersedia merangkul kelompok (37,23%) lah yang menang. Maka jika ingin menang, tidak ada rumus lain bagi PDIP selain memastikan bahwa Pilgub 2024, Edy Rahmayadi dipasangkan dengan politisi sipil dari kelompok (37,23%).
Jika ngotot dengan rasionalisasi “hasil survei”, bahwa Cawagub Edy harus dari kelompok (62,77%) juga, maka pasti akan kalah. Sebab jika tidak ada Cawagub dari kelompok (37,23%), maka kelompok ini mungkin akan tidak akan memilih (golput) atau mengalihkan suara kepada lawan.
Maka pasangan Cagub dan Cawagub “pelangi” yang selalu diusung PDIP adalah yang terbaik di Sumut. Meski pasangan pelangi (Tritamtomo-Benny Pasaribu: 2008), (Effendy Simbolon-Djumiran Abdi: 2013), dan ( Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus: 2018) kalah, namun di Pilgubsu 2024 pasti menang.
PDIP hanya perlu mencari sosok yang memiliki akar yang kuat, memiliki komunitas basis yang solid, dan dapat diterima oleh orang tua dan anak muda kelompok (37,23%).
Selain pemilihan Cawagub representatif, maka PDIP perlu membangun tim pemenangan (kampanye) yang kuat. Para pemain tua yang terbukti gagal (2008, 2013, dan 2018) sebaiknya jadi penasihat.
Kita butuh panglima “perang” yang handal, organisator yang ulung, ahli strategi yang mumpuni, yang mampu memimpin dan menggerakkan semua lini. Pemimpin yang memiliki latar belakang organisasi yang kuat, jejaring yang luas. Pemimpin yang tidak pernah terlibat dalam perbuatan tercela, dan melukai hati rakyat seperti korupsi, narkoba, ilegal logging, rentenir, judi, dan perdagangan hewan pun manusia.
Discussion about this post