Beliau lalu mendatangi seorang ibu tua yang sedang mengaduk-aduk sebuah panci di atas tungku api. Beliau bertanya, mengapa anak ibu menangis, apakah dia sakit? Ibu pun menjawab bahwa anaknya kelaparan, karena dari tadi pagi tidak makan.
Umar dan Aslam pun menunggu ibu tersebut, namun telah lama memasak, masakan sang ibu tak kunjung masak. Khalifah Umar pun kembali bertanya apa yang dimasak oleh seorang ibu tua tersebut.
Ibu itupun menyuruh khalifah Umar untuk melihat sendiri apa yang dia masak. Saat Aslam dan Khalifah Umar menengok ke arah panci, betapa tertegun mereka. Sebab isi panci tersebut adalah sebuah batu.
Seorang janda tersebut bercerita jika ia tidak memiliki apa-apa dan menganggap jika Khalifah Umar telah lalai terhadap tanggungjawabnya mengurusi urusan rakyatnya.
Dengan berlinang air mata, khalifah mengajak Aslam untuk cepat-cepat pulang ke Madinah, sampai di Madinah dan tanpa beristirahat Khalifah Umar pun langsung memanggul karung yang berisi gandum dan minyak samin untuk diberikan kepada janda tua tersebut.
Dalam perjalanan Aslam melihat bahwa khalifah Umar keletihan, dia berusaha menawarkan bantuan untuk mengantikan memanggul gandum tersebut, namun Khalifah Umar menolak dan berkata “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”.
Khalifah Umar tetap memanggul sendiri gandum tersebut walaupun dalam keadaan terseok-seok. Hingga sampai di tempat si janda tua, khalifah pun langsung memasakkan makanan untuk si janda dan anaknya. Tak hanya itu, khalifah juga menyuruh untuk janda tersebut datang kepada sang pemimpin untuk mendapatkan santunan dari negara.
Sungguh kisah yang luar biasa dicontohkan oleh pemimpin-pemimpin terdahulu. Mereka sangat takut dengan pertangungjawaban atas kepemimpinannya.
Mereka takut Allah nanti akan murka kepada mereka jika masih ada rakyat yang sengsara dan tidak terlaksana hak-haknya di bawah kepemimpinannya. Mereka memprioritaskan rakyat lebih dari diri dan keluarganya sendiri. Wallahu A’alam Bisshawab.(***)
Penulis: Freelance Writer
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post