<strong>PENASULTRA.ID, KONAWE -</strong> Seiring dengan perkembangan zaman, maka tuntutan standar pendidikan juga semakin meningkat. Pernyataan ini berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan yang ada di Pulau Saponda, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) dimana penduduknya 98 persen suku Bajo Melihat kondisi tersebut, Ketua Tim Penelitian Dosen, Pendais Hak mengangkat pengintegrasian kearifan lokal Bajo dalam pembelajaran dalam meningkatkan minat dan partisipasi belajar siswa. "Kita melakukan ini karena ada dasarnya, penelitian sebelumnya menunjukan angka putus sekolah sangat tinggi yaitu 40-50 persen. Ditambah dengan angka partisipasi siswa yang masih rendah, kalau kondisinya tidak diperbaiki maka ini semakin memperlambat pengembangan masyarakat Bajo khususnya di Pulau Saponda" kata Dais sapaan akrab Pendais Hak, Jumat 14 Oktober 2022. Pengembangan desain pembelajaran ini, tambah Dais, mengangkat tradisi iko-iko yg dikombinasikan dalam RPP dan media pembelajaran. Dimana hasilnya akan diimplementasikan pada beberapa guru khususnya mata pelajaran (Mapel) IPS di SMPN Saponda. Kegiatan itu, sambung Dais, berlangsung pada 14 Oktober di SMPN Saponda. Kegiatan tersebut juga sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya secara spesifik mengkaji isu-isu permasalahan pendidikan anak-anak Bajo. "Kita terus berinovasi untuk anak-anak Bajo agar tidak lagi terpinggirkan," harap Dais. Sementara itu, Kepala SMPN Saponda Suaib Doe menyambut baik dan menyampaikan terima kasih. "Sekolah kami ini memang terisolir, gurunya masih kurang, dan kesadaran pendidikan masyarakatnya masih rendah. Semoga dengan inovasi-inovasi ini bisa membantu," ucap Suaib. "Saya kira ini bentuk kepedulian pada anak-anak Bajo. Mudah-mudahan juga bisa hadir dari pihak-pihak lain," terang Suaib. <strong>Penulis: Basisa</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://www.youtube.com/watch?v=ldv6luPeLVI
Discussion about this post