“Gangguan yang ditimbulkan orang utan sebenarnya sangat minimal,” tambahnya.
Ancrenaz dan timnya telah melakukan studi selama dua tahun untuk memahami interaksi antara orang utan dan perkebunan sawit. Salah satu temuannya adalah dalam dua tahun, produksi kebun yang terpapar orang utan sama baiknya dengan yang tidak didatangi.
Ini menunjukkan bahwa orang utan bisa hidup berdampingan dengan manusia tanpa mengorbankan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, menurutnya para industri perlu merubah cara pandang terhadap satwa liar yang mendatangi kebun sawit mereka.
“Lebih dari 1.000 satwa di sini (kebun sawit) dalam keadaan sehat. Jika mereka ditangkap dan dipindahkan, risiko penyakit dan stres meningkat. Setelah ditranslokasi, banyak yang tidak selamat,” ungkap Ancrenaz.
Koeksistensi menjadi solusi yang diusulkan oleh Ancrenaz.
“Kita perlu membangun ekosistem yang lebih tangguh. Setiap 25 tahun, kita harus melakukan penanaman ulang, dan ini adalah peluang untuk menciptakan lanskap yang lebih baik untuk orang utan dan manusia,” tuturnya.
Discussion about this post