Emily Arnaka Azra yang hadir mewakili ayahandanya menyambut dengan haru dan bahagia pemberian anugerah Pelopor Pers Merdeka sebagai dukungan dan langkah lanjut perjuangan serta cita-cita Prof Azyumardi Azra akan masa depan pers Indonesia.
“Terima kasih kepada Ketua Umum SMSI Pak Firdaus dan jajarannya,” ungkapnya.
Emily mengenang ayahandanya sebagai sosok yang gigih memperjuangkan media-media kecil di daerah, melindungi ribuan perusahaan media start up yang sedang berkembang. Saat kemunculan rancangan UU KUHP yang dikhawatirkan membelenggu kebebasan pers, Prof Azyumardi berkeliling mendatangi fraksi-fraksi di DPR.
Ia berceramah, menyambangi wartawan di pelbagai pelosok, mengingatkan bahaya pers yang membebek kekuasaan dan terperosok pada pragmatisme algoritma digital lalu melupakan kode etik.
Emily mengatakan ayahandanya mencemaskan demokrasi di Indonesia dan berharap agar pers bisa menjadi kekuatan kritis yang dapat menjaga demokrasi.
Azyumardi adalah cendekiawan Muslim yang menorehkan banyak prestasi sebelum terpilih menjadi Ketua Dewan Pers untuk periode 2022-2025. Ia baru saja dilantik memimpin Dewan Pers pada Mei lalu saat kepergian abadinya. Azyumardi dikenal cerdas dalam jurnalisme sejak mahasiswa, aktivismenya yang tinggi mengantarkannya menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat era 1980-an.
Ia memulai karier pendidikan tingginya sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1982, kemudian atas bantuan beasiswa Fulbright, ia mendapatkan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Universitas Columbia tahun 1988. Ia memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi kali ini Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989.
Pada 1992, ia memperoleh gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Universitas Columbia tahun 1990, dan Doctor of Philosophy dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.[8] Tahun 2004 disertasi yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).
Discussion about this post