“Itulah sebabnya bila bicara pers nasional tidak bisa dilepaskan dari perjuangan pers di Sumut. Pers perjuangan yang penuh idealisme, menjadi ciri khas pers di Sumut. Diharapkan dapat terus dipelihara dalam kehidupan pers Indonesia dewasa ini,” ungkap Prof Ichwan.
Sementara itu, Dosen Senior Komunikasi Sumatera Utara dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIKP) Medan Sakhyan Asmara, turut menggaris bawahi pernyataan Prof Ichwan Azhari. Menurut Sakhyan, masyarakat saat ini merindukan pers nasional dan juga pers lokal yang bebas, berintegritas dan memiliki idealisme tinggi.
Perkembangan kehidupan pers saat ini, lanjut Sakhyan, berada diantara idealisme dan pragmatisme, sehingga fungsi pers sebagai pengawasan sosial menjadi terganggu.
Hal itu tidak bisa dihindari karena perkembangan tuntutan zaman dan juga perkembangan situasi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia.
Corak pers saat ini, sambung, Sakhyan sangat mudah dikenal dan diketahui isi pemberitaan atau informasinya.
“Bila kita mengetahui siapa pemilik modal dibelakang suatu penerbitan pers, maka corak informasi dan pemberitaannya juga tidak akan lari dari profil pemodal yang menghidupkan penerbitan pers tersebut,” ucap dia.
Sakhyan berharap perlu ada terobosan baik dalam bentuk penyempurnaan regulasi tentang pers yang mampu mempertegas eksistensi penerbitan pers dan para jurnalis. Maupun berbagai upaya mampu meningkatkan kualitas sumberdaya insan pers nasional.
“Sehingga cita-cita untuk membangun Pers yang merdeka tapi bermartabat akan dapat tercapai,” tandas Sakhyan.
Ketum PWI Atal S Depari mencatat semua masukan itu dan akan digodok dan di breakdown dalam bentuk kegiatan yang akan dituangkan dalam HPN 2023 di Sumut
Editor: Basisa
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post