Fokus Upaya Pencegahan Stunting
Pada 2021, angka prevalensi stunting menurun sebanyak 3,3% dibandingkan 2019. Sementara itu, tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6% atau kembali alami penurunan 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meskipun mengalami penurunan, namun angka prevalensi stunting Indonesia masih di bawah standar WHO yakni, angkanya tidak melebihi 20%. Target pemerintah prevalensi stunting turun menjadi 14% di tahun 2024.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, kegagalan pertumbuhan anak pada usia dini, salah satunya disebabkan oleh pola pangan yang tidak seimbang. Untuk itu, fokus upaya pencegahan stunting adalah memastikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) kaya protein hewani sesuai tema HGN 2024.
Kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak mencapai potensi optimal sehingga sangat merugikan kinerja anak di kemudian hari.
Perkembangan otak anak di masa golden period (0-3 tahun), akan menyebabkan sel otak tidak tumbuh sempurna. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 poin.
Penurunan perkembangan IQ tersebut akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak-anak tersebut akan menjadi beban masyarakat dan pemerintah, karena terbukti keluarga dan pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit (Caulfield, 2010).
Editor: Ridho Achmed
Jangan: lewatkan video populer:
Discussion about this post