Menurut Andap, tradisi ini, memiliki filosofi mendalam yang mengingatkan pada akhlak dan sifat-sifat mulia Rasulullah SAW.
Pj Gubernur memberikan penjelasan mendalam mengenai filosofi dari ‘Tradisi Male’ yang begitu identik dengan perayaan Maulid Rasulullah SAW di Sultra.
Tradisi Male adalah seni merangkai kertas warna-warni yang dipadukan dengan telur ayam dan tusuk bambu, yang kemudian dihias sedemikian rupa sehingga menyerupai berbagai bentuk, seperti masjid, rumah dan hiasan lainya.
“Hiasan-hiasan ini tidak hanya mempercantik perayaan, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam,” jelasnya.
Terpenting dari hiasan ‘Male’ tersebut adalah makna dari peringatan Maulid Rasulullah SAW itu sendiri.
Telur ayam yang jumlahnya harus sebanyak 99 dengan bertuliskan Asmaul Husna. Dalam hiasan Male seakan menggambarkan sosok individu yang mandiri dan berdikari. Sebagaimana sebuah telur yang jika menetas menjadi ayam, mencari makanan sendiri seperti itulah Nabi.
Tusuk telur dari bambu lurus yang digunakan sebagai wadah telur menggambarkan tentang positifnya pikiran atau lurusnya tindakan. Filosofi ini menekankan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan haruslah dilandasi dengan niat yang positif dan tindakan yang lurus, sebagaimana akhlak Rasulullah SAW yang selalu mengedepankan integritas dan kejujuran dalam setiap tindakannya.
Selain itu, batang pisang sebagai penggambaran sifat yang memberikan banyak sekali manfaat bagi siapa saja. Seperti halnya pohon pisang yang takkan mati sebelum memberikan manfaat kepada manusia.
Discussion about this post