PENASULTRA.ID, KENDARI – Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terdiri dari 17 kabupaten dan kota. Salah satu kabupatennya dikenal dengan daerah yang kaya akan daya tarik wisata alam dan bahari (laut) yang sangat indah.
Kabupaten tersebut adalah Muna. Selain destinasi wisata, daerah yang dikenal dengan sebutan Bumi Anoa ini juga memiliki wisata kuliner khas yang terkenal kelezatannya. Di antaranya Kabuto.
Meski lebih umum dikenal sebagai nama tokoh kartun, tapi Kabuto sendiri lebih luas dikenal merupakan makanan khas asal Kabupaten Muna dan Buton, bahkan sejak zaman dahulu kala. Apalagi dengan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai, Kabuto selalu menjadi menu pilihan.
Makanan yang terbuat dari bahan dasar ubi kayu atau singkong yang dikeringkan di bawah sinar matahari ini bisa dinikmati sebagai pengganti nasi.
Sampai saat ini belum ada yang mengetahui mengapa makanan ini dijuluki dengan nama Kabuto. Meski demikian, jika diartikan dalam bahasa Muna, Kabuto identik dengan kata Buto (Lapuk).
Tentu hal ini, sesuai dengan tekstur dan warnanya. Dari segi tekstur, Kabuto sangat lembek dan kenyal. Kemudian dari warna, kebanyakan berwarna hitam.
Kabuto lumayan mirip dengan makanan khas di Pulau Jawa yaitu Gaplek. Keduanya sama berbahan dasar ketela pohon (singkong) atau ubi kayu yang sudah kering.
Cara Membuat Kabuto
Kuliner lokal ini cukup mudah dibuat. Owner Kedai Ratu Alam Kendari, Ali Rahman memberikan informasi tahapan membuat Kabuto.
Pertama ubi dikupas atau dibersihkan dari kulitnya lalu dikeringkan atau dijemur dibawah sinar matahari hingga mengering. Proses pengeringan ubi kayu ini bisa memakan waktu cukup lama, bahkan berhari-hari.
“Atau kandungan airnya hilang semua,” kata Rahman belum lama ini.
Cara pengolahan Kabuto menjadi kuliner cukup sederhana. Kabuto atau ubi yang telah dikeringkan itu direndam terlebih dahulu selama beberapa jam. Lalu dipotong seukuran dadu atau sesuai selera.
“Bisa sebaliknya dipotong dulu lalu direndam. Kemudian Kabuto dikukus sampai matang,” tutur Rahman.

Varian Penyajian Kabuto
Kabuto juga bisa diolah menjadi makanan lain seperti Hogo-Hogo dan Kantofi. Jika dipotong sekecil mungkin (asal jangan sampai halus) lalu dikukus sampai matang dan disajikan dengan kelapa parut maka Kabuto berubah nama menjadi Hogo-Hogo.
Sementara jika ubi kering atau Kabuto ditumbuk sampai halus. Lalu dikukus menggunakan wadah khusus yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam khusus, biasanya berbentuk kerucut, maka namanya akan berubah menjadi Kantofi.
Ketika matang Kabuto, Hogo-Hogo ataupun Kantofi akan terasa nikmat jika disajikan atau disantap dengan berbagai jenis olahan seafood, seperti kapinda dan sayur bening.
“Ditambah sambal terasi akan lebih nikmat lagi,” Rahman menambahkan.
Kuliner yang dapat menggoyang lidah itu tidak sulit didapatkan, di Kendari, Anda bisa temui di sejumlah rumah makan, termasuk Kedai Ratu Alam.
Discussion about this post