Varian Penyajian Kabuto
Kabuto juga bisa diolah menjadi makanan lain seperti Hogo-Hogo dan Kantofi. Jika dipotong sekecil mungkin (asal jangan sampai halus) lalu dikukus sampai matang dan disajikan dengan kelapa parut maka Kabuto berubah nama menjadi Hogo-Hogo.
Sementara jika ubi kering atau Kabuto ditumbuk sampai halus. Lalu dikukus menggunakan wadah khusus yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam khusus, biasanya berbentuk kerucut, maka namanya akan berubah menjadi Kantofi.
Ketika matang Kabuto, Hogo-Hogo ataupun Kantofi akan terasa nikmat jika disajikan atau disantap dengan berbagai jenis olahan seafood, seperti kapinda dan sayur bening.
“Ditambah sambal terasi akan lebih nikmat lagi,” Rahman menambahkan.
Kuliner yang dapat menggoyang lidah itu tidak sulit didapatkan, di Kendari, Anda bisa temui di sejumlah rumah makan, termasuk Kedai Ratu Alam.
Kabuto Masuk Warisan Budaya Tak Benda
Kuliner lokal khas Bumi Anoa ini ternyata baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Kebudayaan.
Penetapan tersebut dilakukan pada acara Apresiasi Warisan Budaya Indonesia (AWBI) 2024 yang digelar di Taman Fatahillah, Jakarta, Sabtu 16 November 2024 lalu.
Terdapat sebanyak 668 warisan budaya dari seluruh Indonesia yang diusulkan. Namun hanya 272 warisan budaya yang ditetapkan sebagai WBTB Indonesia.
Sultra berhasil meraih apresiasi sembilan sertifikat penetapan WBTB dari Kementerian Kebudayaan. Termasuk Kabuto.
Discussion about this post