Diantaranya, meningkatkan ketaatan dalam penerapan aturan yang ada di PAAP dan peraturan perundang-undangan perikanan yang berlaku melalui kegiatan sosialisasi kepada seluruh nelayan dan masyarakat di kawasan serta meningkatkan partisipasi semua stakeholder dalam penerapan aturan.
Kemudian, meningkatkan SDM nelayan (laki-laki dan perempuan) melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan, pelatihan literasi keuangan, pelatihan pengolahan serta pelatihan pengembangan kelompok.
Selain itu, meningkatkan nilai tambah ekonomi perikanan melalui kegiatan pengolahan ikan, melakukan pemasaran ikan yang sederhana melalui pemasaran ikan yang terorganisir oleh lembaga dan langsung melakukan kerjasama dengan pembeli keluar daerah.
Untuk itu, pihaknya berharap dukungan penuh dari semua pihak, baik pemerintah daerah, aparat penegak hukum serta seluruh masyarakat khususnya nelayan di Wawonii agar kegiatan-kegiatan PAAP dapat berjalan dengan baik. Termasuk tumbuhnya kesadaran dari masyarakat nelayan dalam pemanfaatan sumber daya laut secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Harapannya, semua program PAAP dapat berjalan dengan baik, sehingga apa yang diharapkan yaitu bagaimana pemanfaatan sumber daya laut itu ramah lingkungan, hasil tangkapan masyarakat mencukupi untuk menopang pendapatan yang layak bagi nelayan kecil dan nelayan tradisional,” harap Fahri.
Senada, Fungsional Perencana Dinas Perikanan Konkep, Aris Laria menilai dampak keberadaan PAAP belum dirasakan oleh nelayan kecil dan nelayan tradisional di Wawonii. Pasalnya, selaku tim implementasi, pihaknya masih fokus pada sosialisasi pengenalan program di masyarakat nelayan.
Selain keterbatasan dalam hal kewenangan untuk melakukan pengawasan dan penindakan, kendala terbesar dari penerapan PAAP ini adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat nelayan itu sendiri, dimana masih banyak aktivitas penangkapan yang dilakukan masih menggunakan cara-cara yang merusak.
“Ini memang membutuhkan perhatian lebih serius baik dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten, aparat penegak hukum, maupun dari Rare Indonesia. Sebab kendala terbesar kami disini itu bagaimana merubah pola pikir masyarakat kita, dan itu tidak semudah membalik telapak tangan,” tutur Aris.
Program Implementasi Associate Rare Indonesia, Tarlan Subarno mengatakan, secara umum tujuan hadirnya program PAAP adalah mendorong konservasi wilayah laut dan perikanan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, kebijakan tata kelola dan pendanaan berkelanjutan.
Program ini diharap dapat memberikan banyak manfaat bagi nelayan kecil dan masyarakat pesisir pada umumnya.

Di Sultra, PAAP telah berjalan sejak 2017 dengan 11 kabupaten pesisir sebagai sasaran implementasi program. Sultra sendiri merupakan pilot project perdana mitra implementasi PAAP oleh Rare Indonesia. PAAP mengedepankan pentingnya mengelola ekosistem secara holistik agar jasa lingkungan dapat terjaga dengan baik.
Dalam pelaksanaannya, program PAAP ini sendiri mendorong masyarakat pesisir membentuk kelompok, membuat kawasan larang ambil, mendefinisikan kawasan memancingnya, melakukan kegiatan penjangkauan dan melaksanakan kampanye perubahan perilaku.
Rare Indonesia menyadari bahwa keberhasilan program tidak luput dari pemahaman yang tepat dari berbagai pemangku kepentingan agar dapat mendorong pengarusutamaan PAAP sebagai pendekatan pengelolaan perikanan skala kecil di Sultra.
Khusus di Pulau Wawonii, belum dirasakannya manfaat dari program PAAP diakuinya karena ada beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya masih sulit untuk menyatukan semua stakeholder agar bergerak bersama melakukan pengelolaan sesuai perannya masing-masing.
Kemudian kondisi geografis yang cukup luas membuat penyampaian informasi ke masyarakat masih jadi kendala.
“Serta integrasi kegiatan pada rencana kerja pemerintah juga masih jadi kendala tapi pelan-pelan sudah mulai ditemukan simpul-simpul irisannya,” kata Tarlan.
Menurutnya, langkah yang akan terus dilakukan Rare agar program ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Wawonii yakni mensupport pemerintah untuk penguatan kapasitas kelompok masyarakat agar dapat menjalankan rencana PAAP.
Berikutnya mendorong kampanye perubahan perilaku agar makin banyak nelayan/pengguna sumber daya yang mengetahui dan merubah kebiasaan menangkap ikannya sehingga lebih ramah lingkungan dan memperhatikan keberlanjutan.
Hal ini juga dilakukan agar kondisi sumberdaya berangsur pulih. Sebab, jika ketersediaan ikan bisa dipertahankan atau ditingkatkan maka sumber mata pencaharian nelayan bisa tetap dipertahankan. Kalau stok ikan meningkat maka harapannya jumlah tangkapan meningkat, secara tidak langsung juga akan meningkatkan penghasilan nelayan.
“Pendeknya dengan PAAP untuk mempertahankan/meningkatkan stok sumberdaya ikan supaya mudah ditangkap oleh nelayan. Ada juga rencana mensupport/memfasilitasi lahirnya kebijakan-kebijakan baru di tingkat Kabupaten Konkep agar menjadi rujukan pengarusutamaan sektor kelautan dan perikanan untuk pembangunan ke depan. Ini sesuai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals,” Tarlan memungkas.
Untuk diketahui, di wilayah PAAP Wawonii sebelumnya telah terbentuk organisasi masyarakat baik Koperasi Nelayan, Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Pengolah Ikan, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Koperasi Nelayan terdapat di Kelurahan Langara Laut Kecamatan Wawonii Barat, pengolah ikan ada di Desa Langara Tanjung Batu Kecamatan Wawonii Barat sedangkan KUB dan BUMDES tersebar di hampir setiap desa.
Hal ini akan menjadi fokus dalam program PAAP Wawonii sehingga dapat berkontribusi pada perekonomian masyarakat nelayan khususnya nelayan kecil dan nelayan tradisional.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post