“Hal ini juga mengingat tingkat penularan Omicron terbilang tinggi, yakni satu kasus bisa menularkan ke 10 sampai 40 orang,” kata Masdalina.
Ia mengingatkan, masih ada peluang Omicron ini untuk masuk, namun dengan prokes 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) hal itu seharusnya bisa dicegah.
“Kuncinya disiplin di pintu masuk sudah baik. Delapan kasus di Indonesia masih wilayah di pintu masuk. Kita cegah jangan sampai terjadi sebagai transmisi komunitas sampai dengan lini ketiga,” beber Masdalina.
Sementara itu, salah satu pelaku perjalanan luar negeri yang menjalankan karantina, Renny Fernandez menyatakan, baru selesai menjalani masa karantina dari luar negeri selama 10 hari di hotel. Renny menetap di Inggris dan datang ke Indonesia untuk pengurusan dokumen.
“Berdasarkan pengalaman benar-benar terkejut dan amazing betapa ketatnya untuk bisa masuk ke Indonesia. Pada bulan lalu saja di Swiss, Jerman, Italia termasuk Inggris cukup menunjukkan sertifikat vaksin sudah bisa masuk. Tapi Indonesia ketat. Ini bagus,” ujar Renny.
Menurutnya, prosedur yang harus dijalani saat mencapai bandara di Indonesia antara lain harus menggunakan aplikasi PeduliLindungi, menunjukkan sertifikat vaksin, hasil tes PCR dan disortir siapa saja yang harus karantina hotel, siapa saja yang bisa di Wisma Atlet.
“Saya tidak masuk kategori masuk karantina ke Wisma Atlet, jadi harus booking hotel. Sesampainya di di hotel, passport dan identitas ditahan dan harus menjalani karantina selama 10 hari,” ujarnya.
Dia mengisahkan, di Inggris, masyarakat sudah lepas masker dan bebas berkumpul. Karena itu, katanya, tidak heran bila negara-negara di dunia memasukkan Indonesia ke green zone.
Namun demikian, ia mengimbau masyarakat untuk menahan diri tidak bepergian dulu ke luar negeri apabila tidak betul-betul perlu, apalagi mengingat adanya risiko penyebaran varian baru Omicron.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
https://youtu.be/_giIl2XcPu0
Discussion about this post