PENASULTRA.ID, BITUNG – Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Bitung melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk Pusat Ajar Disabilitas Unggul (PADU) terus mendorong terciptanya inklusi sosial melalui pemberdayaan penyandang disabilitas.
Program ini dirancang untuk memperkuat kapasitas literasi, keterampilan, dan akses teknologi inklusif, membuka ruang kesetaraan dan kolaborasi antara penyandang disabilitas dan masyarakat umum.
Mengusung tema “Inklusi Kreatif: Literasi dan Teknologi untuk Semua,” kegiatan PADU diselenggarakan di Sekretariat Kaleb Community Bitung dengan menampilkan rangkaian aktivitas interaktif, seperti sesi literasi dari TBM Teman Luar Biasa, Talkshow Kelas PADU, Kuis Bahasa Isyarat, dan kegiatan “Nyicip Kopi Bareng Sahabat Difa”.
Beragam stan hasil karya peserta juga dipamerkan, termasuk kelas souvenir, barista, fotografi, dan perawatan sepatu, yang menunjukkan hasil pelatihan keterampilan yang telah mereka ikuti.
Integrated Terminal Manager Bitung Pertamina Patra Niaga Sulawesi, Rezky Kurniawan mengatakan, program ini merupakan wujud komitmen sosial perusahaan dalam menjembatani akses dan kesempatan bagi semua pihak.
“Melalui PADU kami ingin memberikan ruang aktualisasi diri bagi penyandang disabilitas, sekaligus menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya keberagaman dan kolaborasi. Inisiatif ini juga membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk berkarya dan berkontribusi,” kata Rezky.
Apresiasi juga datang dari Pemerintah Kota Bitung. Kepala Bagian Sumber Daya Alam, Hendry Adrian Tangkudung yang hadir mewakili Wali Kota Bitung.
“Kami mengapresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Bitung yang telah memberikan kontribusi nyata dalam mendorong inklusi sosial dan pemberdayaan kelompok disabilitas. Ini adalah langkah nyata menuju masyarakat yang lebih adil, setara, dan berdaya,” tutur Hendry.
Pemerintah Kota Bitung berkomitmen menghadirkan kebijakan dan program yang ramah disabilitas, serta memperkuat kemitraan bersama dunia usaha, komunitas, dan lembaga pendidikan dalam membangun kota ini tanpa ada yang tertinggal.
Peserta umum pun turut merasakan dampak positif dari kegiatan ini. Ratnawati Rompa, seorang guru SLB non-disabilitas membagikan pengalamannya usai mengikuti kelas bahasa isyarat di PADU.
Discussion about this post