“Program ini sangat bermanfaat bagi kami, terutama dalam mendukung keberlangsungan usaha peternakan yang kami kelola bersama masyarakat. Pemanfaatan limbah makanan dari Program Makan Bergizi Gratis ini benar-benar membantu kami menekan biaya operasional, terutama biaya pakan yang selama ini menjadi pengeluaran terbesar,” ujar Maryama.
Ia mengatakan, sebagian limbah makanan yang tidak langsung digunakan sebagai pakan bebek juga dimanfaatkan untuk budidaya maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF). Maggot merupakan sumber protein ternak berkualitas tinggi, alami, dan ramah lingkungan.
Larva ini digunakan sebagai pakan tambahan untuk mendukung pertumbuhan bebek, sekaligus meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas. Inisiatif ini tidak hanya memperkecil jejak lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha baru di desa.
Area Manager Communication, Relation, & CSR Sulawesi, Tengku Muhammad Rum, mengatakan, Program ini menjadi bagian dari strategi CSR Pertamina Patra Niaga yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi sumber daya lokal.
“Pendekatan ini memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) khususnya SDG 2 – Tanpa Kelaparan dan SDG 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab,” Rum menambahkan.
Ke depan, program pengelolaan limbah makanan menjadi pakan ini diharapkan dapat direplikasi di berbagai daerah lain di Indonesia, sebagai solusi cerdas yang menggabungkan pengurangan limbah, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program TJSL dan kegiatan Pertamina lainnya, masyarakat dapat mengakses akun media sosial resmi di @ptpertaminapatraniaga, @mypertamina, @pertaminasulawesi, atau menghubungi Pertamina Call Center 135 yang tersedia 24 jam.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post