Ketua Umum Perosi Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), menambahkan bahwa osteoporosis sering disebut the silent disease karena sering kali tidak disadari hingga terjadi patah tulang.
“Deteksi dini dan pemeriksaan bone mineral density perlu dilakukan secara rutin, terutama pada perempuan pascamenopause dan lanjut usia,” katanya.
Dewan Pengawas Perwatusi, Prof. Dr. dr. Ichramsyah A. Rachman, Sp.OG (K), juga menyoroti masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tulang.
“Alat diagnostik dan terapi sudah ada, tapi tanpa kesadaran dan kebijakan yang kuat, tantangan kesehatan tulang akan terus meningkat. Ini seharusnya menjadi prioritas nasional,” ujarnya.
Dari sisi mitra, Febria Annesca Oroh, perwakilan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), menyampaikan dukungannya terhadap gerakan edukatif ini.
“Osteoporosis adalah penyakit senyap yang dampaknya besar terhadap kualitas hidup. Melalui kolaborasi lintas sektor, kami ingin mengajak masyarakat menjadikan gaya hidup sehat dan peduli tulang sebagai kebiasaan sehari-hari,” ujarnya.
Peringatan HON 2025 diharapkan menjadi momentum lahirnya Gerakan Peduli Osteoporosis Indonesia yang berkelanjutan, tidak hanya sebagai kampanye tahunan, tetapi juga gerakan nasional yang hidup di keluarga, sekolah, komunitas, dan tempat kerja.
“Karena tulang yang kuat adalah fondasi bagi bangsa yang kuat, sehat, dan produktif,” jelas Anita memungkas.
Penulis: Husni
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post