Sementara itu, A.R. Loebis menuturkan, antologi puisi wartawan di HPN pertama kali terbit pada HPN 2017 di Maluku, dengan judul Sajak Kepada Presiden & Presiden Bebek, menurunkan karya Djunaedi Tjunti Agus, A.R. Loebis, Artini Suparmo, Iman Handiman, Maria D Andriana dan Nia S Amira.
Antologi puisi pada HPN 2018 di Padang dengan judul Wajah Tua Menikam Malam, ada 116 puisi yang lahir dari tangan Ahmad Istiqom, Ayid Suyitno PS, A.R. Loebis, Djunaedi Tjunti Agus, Edy Supriyanta Sjafei, Edi Purnomo, Imam Handiman, Maria D Andriana, Ramon Damora, Ress Yasin, Willy Hangguman dan Yusuf Susilo Hartono.
Pada 2019 dengan judul antologi Negeri Yang Tercabik, hadir puisi ciptaan Ayit Suyitno, A.R. Loebis, Djunaedi Tjunti Agus, Maria D Andriana dan Yusuf Susilo Hartono.
Pada kumpulan puisi HPN 2020 dengan judul Menatap Tubuhmu di Belukar Bakau, ada 121 judul puisi, berasal dari Ahmad Istiqom, A.R. Loebis, Dheni Kurnia, Djunaedi Tjunti Agus, Kunni Masrohanti, Maria Andriana, Syam Irfandi, Temu Sutrisno, Yusni Fatimah dan Zulfadhli.
“Pintu Langit dipenuhi nuansa batiniah tentang situasi pandemi, mengajak pembaca agar bersikap dan bangkit secara fisik mau pun semangat- baik secara personal mau pun massal sehingga banyak kata berbalut simbol, yang intinya berupa hakikat tentang kebangkitan,” kata Loebis.
Sedangkan Djunaedi menyebutkan, para penulis cerita pendek pada HPN kali ini umumnya sudah memiliki “jam terbang” puluhan tahun, sehingga terasa ciptaan mereka amat kaya ide dan lugas dalam pemilihan tema.
Discussion about this post