Kompas dan sejumlah media pernah mengungkap hal ini pada Desember 2022. Sedikitnya 200 pekerja migran setiap hari diberangkatkan secara ilegal menggunakan dua feri dari Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre menuju Tanjung Pengelih.
”Tidak pernah yang namanya mafia perdagangan orang itu bekerja seorang diri, pasti memakai jaringan. Kalau dibilang pelakunya hanya satu atau dua orang, itu mustahil,” tutur Paschalis.
Ia menilai, polisi sering kali tidak tuntas mengusut jaringan mafia perdagangan orang. Yang diringkus kebanyakan hanya aktor di lapangan sehingga sindikat tak pernah mati karena pemain besar mudah merekrut anggota baru.
”Kita masih menunggu apakah Polda Kepri serius. Kami (aktivis) bisa mengukur siapa yang ditangkap. Pemain yang ini dan itu kami paham kok,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Kompol Syaiful memastikan polisi akan terbuka dalam pengusutan kasus Adung dan Muktar. Terkait tudingan Paschalis mengenai hubungan Adung dengan bos mafia bernama Aim, ia mengatakan, polisi akan melakukan penindakan jika ada temuan dalam penyidikan Adung dan Muktar yang mengarah ke situ.
”Pada intinya, kami tidak akan berhenti sampai di situ (tersangka Adung dan Muktar),” tegas Kompol Syaiful.
Pada 15 November, Ditpolair Polda Kepri kembali menangkap dua tersangka lain kasus perdagangan orang dan menyelamatkan tiga korban asal Nusa Tenggara Barat. Namun, tersangka baru itu tidak terhubung dengan jaringan Adung dan Muktar.
Discussion about this post