Roimon juga menegaskan bahwa keberhasilan ini mencerminkan kapabilitas PT Ceria dalam mengadopsi teknologi industri modern secara efektif, dengan mengutamakan keselamatan kerja, efisiensi energi, dan kepatuhan terhadap standar lingkungan.
“Fasilitas smelter ini dilengkapi dengan sistem dust collector, pengelolaan limbah, serta pemantauan emisi digital secara real-time, sehingga operasionalnya memenuhi standar baku mutu lingkungan,” terangnya.
Smelter Ramah Lingkungan
Roimon menjelaskan, Smelter Merah Putih Ceria mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) berkapasitas 72 MVA untuk memproduksi ferronickel sebesar 63.200 ton per tahun atau sekitar 13.900 ton logam nikel.
Smelter ini juga menggunakan Rectangular Electric Furnace, desain tanur persegi panjang yang mampu menahan panas lebih lama, meningkatkan efisiensi energi, dan secara signifikan menekan emisi gas buang.
Seluruh kebutuhan listrik Smelter Merah Putih dipasok dari PLN UID Sulselrabar yang telah mengantongi Renewable Energy Certificate (REC), mendukung komitmen Ceria terhadap operasional rendah karbon (low carbon operation) dan dekarbonisasi nasional.
“PT Ceria berkomitmen untuk terus mendorong ekonomi hijau, memperkuat praktik pertambangan berkelanjutan (Good Mining Practice), dan mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pusat industri nikel hijau dunia,” pungkas Roimon.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post