PENASULTRAID, JAKARTA – Sistem sertifikasi bangunan hijau EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) yang dikembangkan oleh International Finance Corporation (IFC) merayakan ulang tahun ke-10. Momen ini menandai satu dekade kontribusi nyata dalam mendorong bangunan di negara berkembang menjadi lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, lebih tangguh, dan lebih hemat biaya.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada 2015, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling aktif mengadopsi EDGE. Hingga saat ini, lebih dari 200 proyek di Indonesia telah memperoleh sertifikasi EDGE, dengan total luas bangunan mencapai 4,3 juta meter persegi.
Proyek-proyek ini mencakup bangunan hunian, komersial, dan fasilitas publik. Beberapa di antaranya bahkan telah mencapai status Zero Carbon, yang menunjukkan komitmen terhadap masa depan yang rendah emisi dan mendukung target net-zero.
Sebagai bagian dari perayaan satu dekade ini, IFC bersama Green Building Council Indonesia meluncurkan laporan khusus yang merekam perjalanan dan pencapaian sektor bangunan hijau di Indonesia. Laporan ini akan diperbarui setiap kuartal untuk mencatat perkembangan dan kemajuan terbaru.
Bangunan yang telah tersertifikasi EDGE di Indonesia diperkirakan dapat mengurangi emisi karbon dioksida hingga 100 ribu ton per tahun. Angka ini setara dengan upaya menanam lebih dari 1,5 juta pohon.
Salah satu tonggak penting terjadi pada April 2022 ketika Masjid Istiqlal di Jakarta, yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara, menjadi tempat ibadah pertama di dunia yang meraih sertifikasi akhir EDGE. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa prinsip keberlanjutan dapat diterapkan pada bangunan bersejarah maupun modern.
Diep Nguyen-van Houtte, Senior Manager untuk Inovasi dan Pengembangan Bisnis di Departemen Bisnis Iklim IFC mengatakan, pencapaian ini mencerminkan tren global menuju bangunan yang lebih berkelanjutan dan hemat sumber daya.
Discussion about this post