<strong>PENASULTRA.ID, WAKATOBI</strong> - Kehadiran proyek pembangunan talud, penahan abrasi pantai di Desa Wapiapia, Kecamatan Wangiwangi Kabupaten Wakatobi meresahkan sebagian nelayan. Meski akan menjadi benteng penghalau gempuran ombak, proyek tersebut dinilai akan menghalangi aktivitas nelayan dalam menaikan dan menurunkan perahunya, seperti yang terjadi di Desa Waha dan Koroe Onova. Salah seorang nelayan Desa Wapiapia, Jufri mengatakan, sebelum proyek tersebut dibangun, masyarakat ditemui pihak perencanaan dengan melahirkan kesepakatan akan dibangun pemecah ombak sekitar 30 meter dari bibir pantai, bukan talud yang melintang sepanjang pantai. "Kalau akan ditalud sepanjang pantai, bagaimana dengan nasib perahu kita. Kita mau kasih naik dan kasih turun perahu pasti sulit, tidak seperti biasanya lagi," kata Jufri beberapa waktu lalu. Menurutnya, kehadiran proyek talud justru akan membuat bencana bagi perahu para nelayan ketika dimusim ombak. "Seperti di desa tetangga, setelah ada talud beberapa perahu nelayan hancur akibat benturan dengan talud tersebut saat musim ombak," beber Jufri. Menanggapi keresahan nelayan pesisir Desa Wapiapia, Ketua Forum Pemerhati Nelayan, Eliadin meminta pihak direksi untuk mengevaluasi bentuk proyek talud sesuai permintaan masyarakat. Ia mengusulkan, khusus di Desa Wapiapia pantainya sepanjang 25 meter tidak ditalud untuk ruang aktivitas nelayan. Dengan volume yang sama akan dibangun penghalang ombak dibetangkan dari bibir pantai ke laut, sehingga tidak mengurangi volume yang bisa jadi temuan. "Kami harap pihak direksi dapat mempertimbangkan usulan nelayan dengan perikemanusiaan. Kami tidak menghalangi proyek ini tetapi memberi solusi untuk kehidupan nelayan ke depan," ujar Eliadin, Senin 26 Juli 2021. Untuk diketahui sebelumnya, proyek milik Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini diduga tidak memiliki izin lingkungan. Amatan wartawan PENASULTRA.ID, di area proyek tidak terpasang papan proyek. Proyek yang dikerjakan PT Tri Artha Mandiri dengan nilai kontrak Rp23 Miliar lebih dengan volume pekerjaan sepanjang 600 meter, terdiri dari dua tahap yaitu, tahap satu di desa Waha. Kemudian untuk tahap dua di Desa Wapiapia dan Koroe Onova. Untuk saat ini pekerjaan proyek talud tersebut sementara terhenti lantaran salah satu warga tidak mau lokasinya dikena proyek. <strong>Penulis: Deni La Ode Bono</strong> <strong>Editor: Yeni Marinda</strong>
Discussion about this post