Politisi Partai Demokrat ini mengatakan, kiranya pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konsel untuk memberikan perhatian terkait kondisi bangunan sekolah di Lalonggasu ini. Pihak sekolah yang terdiri dari guru dan ratusan pelajar di SD dan SMP 1 Atap tidak membutuhkan gedung sekolah yang megah, tetapi cukup ruang belajar nyaman bagi pelajar dan pengajar.
“Terkadang guru dan muridnya harus meninggalkan ruang kelas belajar pada saat proses belajar, jika musim hujan keras dan juga angin kencang bertiup. Hal itu karena ditakutkan bangunan sekolah tersebut roboh atau lainnya,” tutur Mbatono.
Sementara itu, Guru di SDN Lalonggasu, Martati mengakui jika kondisi bangunan sekolahnya sudah sangat lama dan tua. Sejumlah fasilitas seperti lantai sudah keropos dan terkelupas, plafon sudah pada jatuh semua, atap juga bocor bocor dan tembok sudah rawan.
“Memang kondisi sekolah kami sudah lama tidak direhab. Kami juga berharap DPRD dan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konsel untuk memberikan perhatian dengan mengalokasikan anggaran rehab dan moubiler untuk meja kursi belajar,” kata Martati.
Proses belajar mengajar di ruang kelas, katanya, baik itu pelajar SD maupun SMP terkadang terganggu dan harus meninggalkan RKB, jika angin kencang bertiup, termasuk bila hujan deras. Itu karena ditakutkan, atap dan gedungnya roboh, sehingga harus mencari tempat aman.
“Kalau jumlah siswanya di SD Negeri Lalonggasu ada seratusan lebih. Sementara untuk pelajar SMP Satap 3 Tinanggea sebanyak 60 an lebih ditopang dari tiga SDN di sekitar, yakni SD Lalonggasu, Palotawo dan Lalowatu,” Martati menambahkan.
Discussion about this post