Boy menilai, selama ini program serupa getol digaungkan sejumlah pihak. Sayangnya, kebanyakan dari mereka sebatas fokus dengan penanaman saja.
“Selama ini banyak penanaman mangrove, bahkan sampai puluhan hektar. Tapi rasanya itu sia-sia karena setelah ditanam tidak dirawat, akhirnya mubazir karena telah menelan biaya. Artinya itu cuma seremonial saja. Kami tidak muluk-muluk, sedikit dulu yang penting tumbuh dan berkembang. Setelah itu baru tahap demi tahap, jadi tidak sia-sia,” kata Boy.
Selain itu, Boy juga mengatakan PWI membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak yg peduli lingkungan. PWI siap jika ada pihak swasta ataupun BUMN yang mau sama-sama menjaga kelestarian lingkungan dengan CSR-nya menanam mangrove.
Ditempat yang sama, Kapolda Babel Irjen Pol Yan Sultra, sepakat dengan rencana PWI, yang memulai kegiatan reboisasi mangrove tersebut dengan skala kecil.
“Momen itu penting tidak perlu luas-luas, tapi saya lihat di sini ada momen PWI Babel sebagai pelopor reboisasi manggrove ini,” kata mantan Kapolda Sulawesi Tenggara (Sultra) itu.
Jenderal Bintang dua itu berharap konsistensi PWI Babel dalam melakukan penanaman, pemeliharaan serta pengawasan manggrove nantinya.
“Bagaimana ini bisa dijaga masyarakat secara berkesinambungan, betul pengawasan dan pemeliharaan itu penting karena banyak sekali orang yang peduli dengan lingkungan, tapi hanya seremonial saja,” tekan Yan Sultra.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post