Sebagai langkah konkret, katanya, program ini akan melibatkan masyarakat dalam patroli pengawasan hutan, membentuk masyarakat peduli api (MPA) untuk mengendalikan kebakaran hutan, serta memperluas cakupan desa Proklim (Program Kampung Iklim).
Ia berharap, adanya pendekatan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga swasta, RBP REDD+ Sultra mampu menjadi model keberhasilan dalam mengurangi deforestasi, meningkatkan ekonomi desa, serta memperkuat ketahanan lingkungan di Sultra.
“Kita ingin memastikan bahwa program ini benar-benar berdampak pada masyarakat, bukan hanya sekadar inisiatif konservasi, tetapi juga menjadi solusi nyata bagi kesejahteraan mereka,” Sutrisno menambahkan.
Sementara itu, Pemprov Sultra melalui Bappeda Sultra merespons baik terkait program positif yang dilakukan oleh Yayasan SCF. Pihaknya berkomitmen mendukung penuh melalui kebijakan-kebijakan untuk keberpihakan di semua sektor penting dalam melaksanakan program-program tersebut.
“Tentunya kami sangat mendukung kegiatan ini, kita bisa bantu dengan APBD. Karena tidak semua sektor bisa tersentuh lewat anggaran program ini. Kemudian kami juga bisa dukung dengan kegiatan manajemen dan administrasi,” kata Kabid Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Sultra, Umul Salihin.
Lewat kolaborasi ini, nantinya ada berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan Pemprov Sultra dan SCF dalam waktu dekat. Salah satunya Forest Reference Emission Level (FREL) dan Monitoring, Reporting, and Verification (MRV).
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post