• Latest
  • Trending
  • All
  • #Headline
  • Advetorial
  • Kepulauan
  • Daratan

Regulasi Kelautan dan Perikanan Dalam Mercenary Corruption?

27 Januari 2022

Harpelnas, BPJamsostek Kendari Kunjungi Pasien Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit

5 September 2025

Natsir Lebih Pilih Jadi Kepala Desa Moolo Muna daripada PPPK

5 September 2025

Pemprov Sultra Bentuk Satgas Pengawasan Koperasi Merah Putih

5 September 2025

Pemkot Baubau Gelar Tradisi Adat dan Budaya Buton ‘Gorana Oputa’

5 September 2025

Pemprov Sultra Gelar Doa Bersama Lintas Agama untuk Perdamaian-Persatuan

5 September 2025

Lantik Pengawas Rumah Sakit, ASR Tegaskan Layanan Kesehatan Tanpa Diskriminasi

5 September 2025

Silaturahmi dengan Tomas, ASR: Kebersamaan Modal Dasar Bangun Sultra

5 September 2025

ANTAM Konut Komitmen Wujudkan SDGs Lewat Pelatihan Operator Alat Berat

5 September 2025

Dosen-Mahasiswa ITS, UI dan IPB Tinjau Potensi Daerah Transmigrasi di Konsel

4 September 2025

Hari Pelanggan Nasional 2025, Telkomsel Hadirkan Program Spesial di GraPARI

4 September 2025

Harpelnas 2025, BPJamsostek Kendari Hadirkan Pelayanan Spesial

4 September 2025

Bersama Polisi-TNI dan Jajaran Pemprov Sultra, ASR Ikut Patroli Skala Besar di Kendari

4 September 2025
Jumat, 5 September 2025
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Profil
  • Redaksi
  • Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Hak Jawab
Penasultra.id
  • Home
  • Sulawesi Tenggara
    • MetroKendari
    • Daratan Sultra
      • Bombana
      • Kolaka
      • Koltim
      • Kolut
      • Konawe
      • Konsel
      • Konut
    • Sultra Kepulauan
      • Konkep
      • Baubau
      • Buton
      • Buteng
      • Butur
      • Busel
      • Mubar
      • Muna
      • Wakatobi
  • Gaya Hidup
    • PenaEntertain
    • PenaHealth
    • PenaKuliner
    • PenaOto
    • PenaTekno
    • PenaDestinasi
  • Style Pena
    • PodcastPena
    • FigurPena
    • LayarPena
    • LensaPena
    • PenaPembaca
  • News Room
    • PenaNusantara
    • PenaEkobis
    • PenaHukrim
    • PenaSport
    • PenaEdukasi
    • PenaPolitik
    • PenaCelebes
    • PenaMancanegara
  • Advetorial
  • Link Corner
    • Dewan Pers
    • Persatuan Wartawan Indonesia
    • Serikat Media Siber Indonesia
    • Siberindo.co
    • Dinamika Sultra
    • Trias Politika
    • Metrosultra.id
    • Bikasmedia.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Sulawesi Tenggara
    • MetroKendari
    • Daratan Sultra
      • Bombana
      • Kolaka
      • Koltim
      • Kolut
      • Konawe
      • Konsel
      • Konut
    • Sultra Kepulauan
      • Konkep
      • Baubau
      • Buton
      • Buteng
      • Butur
      • Busel
      • Mubar
      • Muna
      • Wakatobi
  • Gaya Hidup
    • PenaEntertain
    • PenaHealth
    • PenaKuliner
    • PenaOto
    • PenaTekno
    • PenaDestinasi
  • Style Pena
    • PodcastPena
    • FigurPena
    • LayarPena
    • LensaPena
    • PenaPembaca
  • News Room
    • PenaNusantara
    • PenaEkobis
    • PenaHukrim
    • PenaSport
    • PenaEdukasi
    • PenaPolitik
    • PenaCelebes
    • PenaMancanegara
  • Advetorial
  • Link Corner
    • Dewan Pers
    • Persatuan Wartawan Indonesia
    • Serikat Media Siber Indonesia
    • Siberindo.co
    • Dinamika Sultra
    • Trias Politika
    • Metrosultra.id
    • Bikasmedia.com
No Result
View All Result
Penasultra.id
No Result
View All Result
  • #Headline
  • PenaPembaca
  • PenaHealth
  • PenaKuliner
  • PenaOto
  • LayarPena
  • PenaSport
  • LensaPena
  • FigurPena
ADVERTISEMENT
Home PenaPembaca

Regulasi Kelautan dan Perikanan Dalam Mercenary Corruption?

Redaksi Penasultra.id by Redaksi Penasultra.id
27 Januari 2022
in PenaPembaca
A A
0

Hasil Kelautan dan Perikanan di Indonesia. FOTO: Ismar Patrizki/Antara

11
SHARES
109
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

Oleh: Rusdianto Samawa

Sektor Kelautan dan Perikanan (KP) memiliki rentetan kasus korupsi terbanyak sejak periode 1998-2021. Berbagai macam tingkat pejabat terlilit dalam dugaan suap korupsi, kolusi dan nepotisme. Skandal KKN yang inkract di Pengadilan dan masih dalam dugaan, menunjukkan peningkatan yang sangat masif.

Indikator peningkatan itu, seiring munculnya kasus serupa yang berulang, baik dugaan kasus sudah lama berproses maupun kasus baru muncul. Hal ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan kerugian negara sangat besar.

Penegakan hukum belum maksimal dalam menuntaskan pengusutan, penyelidikan dan penyidikan dugaan-dugaan atas berbagai kasus belum benar-benar dilakukan dan menghukum semua koruptor yang masuk dalam berbagai dugaan di sektor kelautan dan perikanan.

Kedepan, penegak hukum menyelidiki secara tuntas kasus-kasus dugaan korupsi yang sudah terungkap maupun belum. Sembari melakukan pencegahan terhadap potensi korupsi yang akan terjadi. Kasus tindak pidana korupsi sudah merupakan extra ordinary crime, sehingga penanganannya harus dilakukan secara luar biasa pula, baik dari aspek pencegahan maupun penanggulangan.

Salah satu aspek penting adalah proses penegakan hukum harus cermat dan komprehensif sesuai fakta yuridis dan empirik. Sehingga hadir asas keadilan, kepastian, dan manfaat. Pelaku tindak pidana korupsi yang terbukti secara sah dan meyakinkan harus dihukum “berat” sesuai tingkat kesalahan dilakukannya.

Banyak penyebab korupsi melalui instrumen hukum maupun regulasi (kebijakan) diciptakan. Instrumen tersebut, berupa peraturan dan perundang-undangan yang difungsikan untuk perlebar tindakan (legalisasi) korupsi.

Mestinya, produk undang-undang dan peraturan mencegah dan menanggulangi perbuatan korupsi yang dilakukan para birokrat dan para pelaku dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, dan sarana serta prasarana yang ada karena kedudukan dan jabatannya.

Secara langsung dan tidak langsung merugikan ekonomi dan keuangan negara. Kenyataan, banyak pelaku tindak pidana korupsi yang diberikan hukuman relatif ringan. Bahkan belakangan ini, kasus korupsi sektor kelautan dan perikanan sudah banyak deretan para tersangka, tetapi tidak ditahan dan tidak diproses hukum.

Hal ini, banyak disebut Mercenary Corruption adalah tindakan korupsi untuk kepentingan pribadi dengan menggunakan fasilitas kebijakan sehingga menyebabkan adanya transaksi tidak wajar, adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima yang sama-sama peroleh keuntungan, seperti modus pembentukan panitia kerja ekspor benih lobster yang melibatkan Driver Corruption (staff khusus menteri) bertanggung jawab memanggil, mencari, menetapkan perusahaan ekspor benih sehingga terjadilah monopoli yang menyebabkan korupsi yakni menerima janji dan pemberian royaltie (fee) dari sebuah jabatan.

Begitupun saat ini, dalam kebijakan kuota lelang ikan yang ditetapkan dalam peraturan menteri (regulasi) khusus dengan membentuk team beauty contest yang bertugas mencari, memanggil, verifikasi, menetapkan, dan memberi kuota penangkapan ikan sesuai syarat ditetapkan mulai modal Rp 200-500 miliar. Hal ini, berpotensi terjadi monopoli dalam kebijakan tersebut. Sehingga rentan menjadi wilayah subur dugaan-dugaan tindak pidana korupsi.

Bahkan, beberapa waktu lalu, dugaan korupsi diamankan dengan penerbitan regulasi penyelesaian, seperti kasus Keramba Jaring Apung (KJA) yang diungkap oleh Kejaksaan Tinggi Aceh. Bahkan tersangka bebas keliaran, melancong dan bepergian kemanapun, seperti mantan direktur PT Perikanan Nusantara (Perinus) beberapa waktu lalu. Karena, ruang penyelesaian dibuka, bahkan MoU antara pemegang kebijakan dengan PT. Perinus waktu itu, sebelum dimerger.

Problem korupsi di sektor Kelautan dan Perikanan sudah sangat dalam, semacam membentuk sebuah ideological corruption untuk mengejar tujuan kelompok dan perkerabatan. Modus korupsi seperti ini, menyangkut penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan untuk mendapatkan keuntungan bagi teman, saudara maupun kroni-kroninya.

Begitu juga, tindakan korupsi yang disebut korupsi insentif (hadiah/janji dari kebijakan-regulasi), selalu terjadi diranah sektor kelautan dan perikanan. Contoh kasus penangkapan pejabat di sektor Kelautan dan Perikanan sangat nyata depan mata. Beberapa kali, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT).

KPK menjerat tiga direksi Perum Perikanan Indonesia (Perindo) dalam OTT yang dilakukan di Jakarta dan Bogor. Total ada sembilan orang yang diamankan pada Senin 23 September 2019 terdiri dari jajaran Direksi Perum Perindo, pegawai Perum Perindo dan pihak swasta. Tiga orang di antaranya adalah jajaran Direksi dan sisanya pegawai Perum Perindo, serta pihak swasta importir. Tiga pejabat yang berada di jajaran Direksi.

Operasi Tangkap Tangan (OTT) tersebut, dilakukan terkait adanya dugaan korupsi kuota impor ikan antara Perum Perindo dan pihak swasta. Diduga terjadi suap terkait jatah kuota impor jenis ikan tertentu. Dalam kasus impor ikan, KPK menetapkan dua orang yakni eks Dirut Perum Perindo dan Direktur PT Navy Arsa Sejahtera (NAS) yang mendapatkan kuota impor ikan dari Perum Perindo. Dugaan keduanya, menerima suap USD 30 ribu. Uang suap diberikan agar mendapat jatah kuota impor.

Membumikan Tauhid Sejak Dini, Misi Ibu Menangkal Moderasi https://t.co/u5tTUSveHN

— Penasultra.id (@penasultra_id) January 27, 2022

Kasus diatas dapat disebut korupsi insentif yang dilakukan dengan cara memberikan suatu jasa atau barang tertentu kepada pihak lain demi keuntungan masa depan dengan fasilitas kebijakan, misalnya sekitar 250 ton ikan berhasil di impor oleh PT NAS, kemudian ikan-ikan tersebut berada di karantina dan disimpan di cold storage milik Perum Perindo. Berdasarkan keterangan MMU, hal ini dilakukan untuk mengelabui otoritas yang berwenang agar seolah-olah yang melakukan impor adalah Perum Perindo.

Kategori korupsi model seperti ini, bersifat defensif, yaitu pihak yang dirugikan terpaksa ikut terlibat dalam atau membuat pihak tertentu terjebak atau bahkan menjadi korban perbuatan tindak pidana korupsi. Perkembangan kasus tersebut, per November 2019.

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil dua pejabat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) terkait kasus dugaan suap kuota impor ikan di Perum Perindo. Dua pejabat itu dipanggil sebagai saksi untuk tersangka.

Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 12 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 menjelaskan seputar modus dan model korupsi, bahwa Discretionary Corruption yang dilakukan karena ada kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan. Contoh kasus saat itu, ketika KPK menetapkan dua orang tersangka, yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Direktur Utama PT Daya Radar Utama (DRU). Panitia pengadaan pembangunan kapal SKIPI Tahap I merencanakan proses lelang dimulai 5 Desember 2011 dan pemenangnya diumumkan pada 15 Juni 2012.

Kemudian, pada Oktober 2012, menetapkan PT DRU sebagai pemenang pekerjaan pembangunan kapal SKIPl dengan nilai Rp558.531.475.423 (miliar). Pada Januari 2013, PPK dan pihak PT DRU menandatangani kontrak pekerjaan pembangunan SKIPl Tahap I. Begitu pun, skandal kasus gratifikasi pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada pengadaan Kapal SKIPI Orca 1-4. Padahal, KPK sendiri telah mengetahui ada banyak istilah pemberian fasilitas dalam pengadaan proyek tersebut.

Jadi KPK harus menuntaskan kasus tersebut, memanggil mantan pejabat-pejabat Kelautan dan Perikanan yang terlibat dalam dugaan kasus tersebut. Walaupun berjalan pelan tetapi aktor dibalik kasus tersebut belum terungkap sama sekali. Berbagai oknum yang digunakan disana dalam kasus gratifikasi kapal itu juga belum sepenuhnya mendalami lebih lanjut. Maka penegakan hukum harus secara menyeluruh, tidak tumpang tindih.

Sebenarnya, sektor Kelautan dan Perikanan mengalami kompleksitas masalah, seperti moral birokrasi, sikap mental pejabat, pola hidup budaya pejabat, lingkungan sosial, kebutuhan dan tuntutan ekonomi maupun kesenjangan sosial ekonomi masyarakat, struktur sistem ekonomi, sistem budaya politik, mekanisme pembangunan dan lemahnya birokrasi maupun prosedur administrasi (termasuk sistem pengawasan) dibidang keuangan dan pelayanan publik.

Bayangkan saja, KKP mulai 2014 – 2019 mendapat Disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait laporan keuangan dan pelaksanaan program pemerintah.

Jadi, kondisi yang bersifat kriminologi korupsi disektor kelautan dan perikanan selalu meningkat karena faktor masalah mental pejabat dan lingkungannya tidak bersih sehingga menimbulkan korupsi yang sangat luas (multidimensi).

Sala satu kasus korupsi besar di sektor kelautan dan perikanan yakni kasus pengadaan kapal Inka Mina dan kapal SKIPI yang hingga sekarang masih berjalan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menuntaskan kasus gratifikasi pejabat KKP pada kasus korupsi pengadaan kapal di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yakni Kapal Inka Mina sejak periode kementerian KKP tahun 2007-2019 dan kapal SKIPI Orca 1- 4 periode 2009-2014.

Hal tersebut diduga diterimanya fasilitas dari swasta kepada tim KKP saat kegiatan factory acceptance test. KPK sendiri mengetahui bahwa ada banyak istilah pemberian fasilitas dalam pengadaan proyek. Walaupun saat ini berjalan pelan. Tetapi aktor dibalik kasus tersebut belum terungkap.

Baca Juga

Front Nelayan Indonesia Minta Prabowo Subianto Segera Pecat Menteri KKP

Partai Negoro: Prabowo Harus Batalkan Kebijakan Ekspor Pasir Laut

Partai Negoro Minta Prabowo Jangan Pilih Menteri Bajak Laut

Misteri Lagu Mars IMM: Bung Djazman Al-Kindi Komposer Seribu Tahun

Berbagai nama yang digunakan di sana dalam kasus gratifikasi kapal Orcha 1-4. KPK juga belum sepenuhnya mendalami lebih lanjut apakah ada dan siapa yang membiayai. Padahal KPK sudah mengetahui ada korupsi dalam pengadaan empat kapal yang diajukan oleh KKP. Kapal-kapal tersebut, merupakan bagian dari Sistem Kapal Inspeksi Perikanan Indonesia (SKIPI) untuk mengejar maling ikan.

Tindakan kasus diatas, dalam hukum pidana korupsi ialah perbuatan yang buruk penggelapan uang dan penerimaan uang sogok sehingga memperkaya diri sendiri secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan dan perekonomian negara. Perbuatan korupsi dalam istilah kriminologi digolongkan kedalam bentuk kejahatan White Collar Crime.

Mengingat sebab-sebab yang multidimensional itu, maka korupsi di sektor Kelautan dan Perikanan pada hakikatnya tidak hanya mengandung aspek ekonomis (yaitu merugikan keuangan dan perekonomian negara dan memperkaya diri sendiri atau orang lain), tetapi juga mengandung korupsi nilai-nilai moral, korupsi jabatan kekuasaan, korupsi politik dan nilai-nilai demokrasi.

Penegak hukum sudah banyak memegang bukti, hasil eksaminasi, investigasi, rekomendasi dan hasil pemeriksaan dalam persidangan maupun belum diproses kasusnya, seperti skandal kasus Keramba Jaring Apung (KJA) Pangandaran, Sabang, dan Karimunjawa. Namun, dalam proses penegakan hukum hanya Sabang yang ditindak dengan seluruh bukti yang sudah tersita dalam bentuk barang dan uang yang dikembalikan.

Page 1 of 2
12Next
Tags: Kelautan dan PerikananRegulasiRusdianto SamawaSkandal KKNSuara Pembaca
Share4Tweet3SendShare
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Pasang Iklan Penasultra

Ikuti Kami :

ADVERTISEMENT
Previous Post

DD 2022 di Muna Berkurang Rp14 Miliar

Next Post

Ekonomi Biru dan Investasi Startup Perikanan

RelatedPosts

Presiden Prabowo Segera Bentuk TGPF Kekerasan dalam Aksi Massa

4 September 2025

Pemerintah Seharusnya Proaktif, Bukan Reaktif!

2 September 2025

Nonaktif Bukan Solusi, PAW adalah Jawaban

2 September 2025

Stop Pemborosan Keuangan dan Perbaiki Tata Kelola Negara!

1 September 2025

Memaknai Istilah Circle KPK: Antara Muryanto, Bobby dan Topan

28 Agustus 2025

Tragedi Sibaluton, Antara Buaya Dilindungi dan Nelayan yang Terabaikan

25 Agustus 2025
Load More
Next Post

Ekonomi Biru dan Investasi Startup Perikanan

Discussion about this post

PenaEkobis

PenaEkobis

Hari Pelanggan Nasional 2025, Telkomsel Hadirkan Program Spesial di GraPARI

by Redaksi Penasultra.id
4 September 2025
0

Pada momen Hari Pelanggan Nasional (Harpelnas) yang jatuh pada 4 September 2025, Telkomsel menghadirkan berbagai program spesial di titik layanan...

Read moreDetails

Indosat Ooredoo Hutchison Bagi-bagi Hadiah Spesial di Harpelnas 2025

4 September 2025

BPJamsostek Beri Santunan Kepada Driver Ojol yang Meninggal Saat Bertugas

31 Agustus 2025

Asmo Sulsel Beri Tips Aturan dan Cara Aman Menyalip Kendaraan di Jalan Raya

31 Agustus 2025

Bank Sultra Salurkan Ribuan Kupon di Gerakan Pangan Murah Kendari

29 Agustus 2025

Recommended Articles

Dinilai Gagal, Granat Sultra Minta Kinerja Kepala BNNK Muna Dievaluasi

24 September 2021

BPJamsostek Telah Bayarkan Rp443 Miliar Manfaat Program di NTB

6 Juli 2022

KLH Bakal Kucurkan Bantuan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Mubar

29 Mei 2025

Menkominfo Optimis Industri Pers Sumbang Pertumbuhan Ekonomi

8 Februari 2023

Anggota Koperasi Paguyuban Bina Sejahtera Dapat Pelatihan Pembukuan Akuntansi

12 Oktober 2022
Load More

Populer Minggu Ini

  • Antisipasi Keamanan Siswa Besok, Dikbud Sultra Liburkan Sekolah Tiga Hari

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Kejari Muna Sidik 4 Kasus Korupsi, Perkara Puskesmas Lohia dalam Pengembangan

    66 shares
    Share 26 Tweet 17
  • Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach Dinonaktifkan Sebagai Anggota DPR RI

    60 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Keberadaan Jetty PT MPS dan Misi Ekowisata Mangrove Motewe Disorot

    47 shares
    Share 19 Tweet 12
  • Kejari Muna Berhasil Selamatkan Uang Negara Rp1,6 Miliar Hasil Korupsi

    32 shares
    Share 13 Tweet 8
logo penasultra

penasultra.id
PT Pena Sultra Grup
(Penerbit/Pengelola Penasultra.id)
NPWP: 93.591.690.8-811.000

Kontak »

Advetorial

Peluh Prajurit TMMD 125 Jadi Harapan Baru Warga Nekudu Konawe

Evaluasi Pilkada 2024, Cara KPU Sultra Siapkan Strategi Pemilu Lebih Berkualitas

KPU Sultra Resmi Tetapkan Pasangan Gubernur-Wakil Gubernur Terpilih 2025-2030

Link Corner

  • Dewan Pers
  • Persatuan Wartawan Indonesia
  • Serikat Media Siber Indonesia
  • Siberindo.co
  • Dinamikasultra.com
  • Triaspolitika.id
  • Metrosultra.id
  • Bikasmedia.com

  • Profil
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Hak Jawab
  • Kontak
  • Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak

Copyright © 2023 Penasultra.id, Made with ❤️

error: Maaf tidak bisa.!!
No Result
View All Result
  • Home
  • Sulawesi Tenggara
    • MetroKendari
    • Daratan Sultra
      • Bombana
      • Kolaka
      • Koltim
      • Kolut
      • Konawe
      • Konsel
      • Konut
    • Sultra Kepulauan
      • Konkep
      • Baubau
      • Buton
      • Buteng
      • Butur
      • Busel
      • Mubar
      • Muna
      • Wakatobi
  • Gaya Hidup
    • PenaEntertain
    • PenaHealth
    • PenaKuliner
    • PenaOto
    • PenaTekno
    • PenaDestinasi
  • Style Pena
    • PodcastPena
    • FigurPena
    • LayarPena
    • LensaPena
    • PenaPembaca
  • News Room
    • PenaNusantara
    • PenaEkobis
    • PenaHukrim
    • PenaSport
    • PenaEdukasi
    • PenaPolitik
    • PenaCelebes
    • PenaMancanegara
  • Advetorial
  • Link Corner
    • Dewan Pers
    • Persatuan Wartawan Indonesia
    • Serikat Media Siber Indonesia
    • Siberindo.co
    • Dinamika Sultra
    • Trias Politika
    • Metrosultra.id
    • Bikasmedia.com
SMSI - Dewan Pers Penasultra.id

Ikuti Kami :

Copyright © 2023 Penasultra.id, Made with ❤️