“Jadi kami berpikir, bagaimana kalau rawat inapnya lama, kira-kira berapa puluh juta yang harus dibayar oleh keluarga pasien, ini baru 3 jam saja sudah harus bayar sebanyak itu,” ungkap Musliadi salah seorang kerabat keluarga korban.
Dipulangkannya Saprin dari RSUD Wakatobi sempat disoroti netizen di medsos atas postingan Ketua Kerukunan Keluarga Suku Bajo (Kekar Bajo) Wakatobi, Musliadi. Warganet menyoroti biaya pengobatan sebesar Rp546.000 untuk beberapa jam di RSUD.
Menanggapi hal itu, Direktur RSUD Kabupaten Wakatobi, dr. Munardin menjelaskan, Saprin sempat mendapat perawatan beberapa jam dari dokter sebelum dipulangkan keluarganya karena belum memiliki kartu BPJS.
Munardin mengatakan, bocah tersebut dibawa keluarganya ke RS, Kamis 24 Maret 2022 sekitar pukul 10.00 WITA. Setelah diperiksa di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dokter menyarankan agar bocah tersebut dirawat inap. Saran itu disahuti keluarganya.
Agar tidak bebankan biaya pengobatan, lanjut Munardin, keluarga pasien ditanyakan BPJS namun kartu tersebut belum dimilikinya. Atas masalah tersebut, tenaga medis meminta agar pihak keluarga segera mengurusnya ke Dinas Sosial sembari pasien menjalani perawatan secara intensif.
Saran itu bertujuan agar pengobatan Saprin tidak masuk dalam kategori umum tapi diklaim BPJS, sehingga biayanya ditanggung Pemda.
“Tidak berselang lama kemudian, keluarga pasien meminta agar pasien dipulangkan saja karena belum memiliki BPJS dan tidak punya biaya. Mendengar hal itu, tenaga medis tetap menyarankan agar pasien tetap dirawat sambil mengurus BPJS. Namun lagi-lagi keputusan keluarga tetap memulangkan pasien,” jelas Munardin saat dikonfirmasi via WhatsApp, Jumat 25 Maret 2022.
Adapun biaya pengobatan sebesar Rp.546.000, yang harus ditanggung pasien telah dibayar sebanyak Rp520.000. Biaya pengobatan pasien masuk dalam kategori pasien umum.
Sementara itu, Ketua Kekar Bajo Wakatobi, Musliadi mengaku, ia meminta agar pasien tetap dirawat di rumah sakit sambil mengurus BPJS. Namun, orang tua pasien tetap ngotot karena tidak mempunyai biaya untuk kesehariannya selama di rumah sakit. Pasca pasien keluar dari rumah sakit Musliadi menyampaikan bahwa BPJS pasien sedang diurus di Kantor Dinsos.
“Saya juga sarankan itu. Tapi orang tuanya tidak paham dan tetap ngotot untuk keluar dari RS,” tutur Musliadi.
Amatan awak Penasultra.id, pasca postingan Musliadi soal dipulangkannya Saprin dari rumah sakit, banyak warganet yang empati kemudian memberi sumbangan untuk biaya pengobatan.
Tak sedikit yang menawarkan agar pasien dibawa ke rumah sakit terapung Waluya program IDI yang beroperasi di Sombu dive. Saat ini pasien tengah menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
Penulis: Deni La Ode Bono
Editor: Jamil
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post