Saya sengaja membuat catatan kecil ini sebagai bentuk dukungan atas kerja keras bersama segenap kaum pewarta ‘Bumi Anoa’ menyiapkan dan menyukseskan even besar sebagai tuan rumah Hari Pers Nasional tahun 2022. Even yang biasanya dihadiri langsung Presiden RI – sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Even ini tentu prestasi besar bagi Sarjono dan kawan-kawan kaum pewarta Sulawesi Tenggara, sebab untuk mengulang peristiwa ini (pasti) berbilang puluhan tahun lagi, belum lagi situasi pandemi Covid-19 yang ada. Saya yakin Sarjono dan kawan-kawan, pontang-panting berkoordinasi dengan semua pihak demi suksesnya HPN-2022. Syukurnya, Pemprop Sultra mengambil alih leader kepanitiaan. Tersisa urusan teknis kemediaan yang diatur para pewarta.
MUNGKIN bila hanya sekilas mengamati sosok Sarjono, maka terbetik pertanyaan pesimisme, apakah ia mampu menggerakkan semua potensi di daerahnya? Itu wajar, sebab sosoknya yang kecil, sederhana, dan khas kopral – jauh dari kesan bonafitas. Yang menjadi pembeda; Sarjono memiliki kompetensi komunikasi level tinggi – high level communication, yang membuatnya sebagai sosok terpercaya.
Sarjono mampu mempertahankan attitude genuine yang dimilikinya. Bila mengulik teori psikologi komunikasinya – Aristoteles; tentang bisa dipercayanya seseorang, maka Sarjono punya etos (semangat), phatos (moralitas), dan logos (pengetahuan), plus theos (kealiman). Hal yang saat ini telah memudar di kalangan banyak orang dewasa ini.
Masih berkait sosoknya, Ia mengingatkan saya tentang banyak sosok negarawan di awal bangsa ini didirikan. Semua elite bangsa saat itu hidup dalam kesederhanaan. Sarjono pun begitu, hanya pewarta biasa, bukan pimpinan redaksi juga bukan CEO media.
Discussion about this post