“Saya ibu Bupati pun kalau pesan udah tidak diterge lagi,” gurau Satika Simamora seraya membeberkan, pendapatan penenun sekarang ini lebih dari Rp9 juta per kapita.
Melimpahnya orderan kain Ulos khas Tapanuli Utara inilah yang sangat diidamkan Satika Simamora. Membuatnya puas dengan hasil kerja kerasnya mempromosikan Ulos ke penjuru dunia telah terealisasikan. Bahkan, kini desa-desa lainnya telah membuka diri mengikuti jejak kesuksesan Huta Nagodang.
Diakui Satika Simamora, setiap event fashion tingkat nasional, penampilan fashion Ulos selalu memperoleh peringkat pertama, baik dari segi tekstil tenun Ulos. Hal ini membuktikan Ulos telah mendapat pengakuan nasional.
Martondikan Ulos Mu
Dalam kunjungan Tim Ekspedisi Geopark Kaldera Toba yang diinisiasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ke Kampung Ulos Huta Nagodang, 5 Februari 2023, dalam rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2023, Satika Simamora berpesan kepada masyarakat Tapanuli Utara khususnya penenun-penenun Ulos, untuk bangga memakai hasil olahan kain Ulos.
Menurut Satika Simamora, lawan terberat bagi penenun Ulos adalah diri sendiri sebagai orang Batak, karena tidak mau memakai tenun Ulos untuk kebutuhan sehari-hari. Penenun masih berpikir seribu kali untuk memakainya, karena satu tenunan yang dijual, hasilnya bisa dapat menyekolahkan anaknya.
Pola pikir ini yang harus diubah oleh penenun-penenun Ulos di Kabupaten Tapanuli Utara.
“Mulai dari sekarang pakailah atau setidaknya kita pegang bolak-balik tenun itu. Yang pada akhirnya tenun tersebut bernapas atau Martondi, untuk memanggil orang-orang membelinya. Kalau tenun Ulos hanya disimpan di lemari, ya sudah la tidak akan ada hasilnya,” cetus Satika Simamora.
Satika Simamora memberikan tips bagi penenun dan UMKM, berikan Martondi (nafas) pada barang dagangan walau hanya sebatas memegang atau menyentuh merapikan barang dagangan tersebut.
“Bermartondi itu akan memanggil ‘kau akan laku, kau akan laku’.” Begitu tips dagang yang diperoleh Satika Simamora dari teman-teman Chinese-nya.
Tidak bosan-bosannya ia terus mengajak penenun-penenun Ulos untuk selalu memakai produk Ulos, agar orang-orang terpanggil untuk membeli produk Ulos. Dengan memakai produk Ulos tersebut, hal itu merupakan salah satu upaya mempromosikan dan mengenalkan betapa indah dan nyamannya produk Ulos dipakai.
11 Ribu Penenun Ulos Tapanuli Utara
Satika Simamora menginginkan produk Ulos asli buatan penenun Tapanuli Utara menghasilkan 11 ribu pengrajin Ulos di masa kepemimpinan Bupati Nikson Nababan selama 9 tahun ini.
Satika Simamora membeberkan, saat ini ada 11 ribu penenun handmade yang telah terdaftar di Tapanuli Utara. Dari belasan ribu penenun itu, diantaranya 6000 penenun yang belum ber-KTP alias masih bersekolah. Para anak-anak itu di waktu luang, membantu orangtuanya menenun Ulos, sekaligus belajar membuat produk Ulos.
Produk-produk Ulos yang dihasilkan telah membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi belasan ribu penenun Ulos. Di pasaran, produk Ulos dengan kualitas premium dibandrol mulai dari Rp500 ribu sebagai harga termurah. Dan harga tertingginya bisa mencapai Rp15 juta.
Bayangkan saja, kalau penenun berhasil memproduksi 11 ribu produk Ulos, berapa sudah penghasilan yang diperoleh para penenun.
“Saya ambil saja hitungannya Rp300 ribu saja, dikalikan 11 ribu produk Ulos? Betapa besarnya hasil perputaran tenun Ulos di Kabupaten Tapanuli Utara yang mencapai triliunan rupiah. Sudah kalah dengan nilai APBD Tapanuli Utara dalam setahun,” ulas Satika Simamora.
Perputaran transaksional produk Ulos ini yang harus tetap dijaga dan diawasi oleh Satika Simamora, untuk memastikan pasaran produk Ulos tetap meningkat. Butuh kerja keras yang luar biasa untuk menggerakkan ini semua.
“Tenun bergerak UMKM lainnya pasti akan tumbuh,” sebut Satika Simamora.
Huhaholongi do Ho
Pengorbanan, perjuangan serta dedikasi Satika Simamora bagi Tapanuli Utara, dimanifestasikannya dalam sepenggal tagline berbahasa Batak Toba “Huhalongi do Ho”, yang artinya “Kucintainya dirimu”.
Iya, Satika kerap memasyarakatkan tagline itu kala ia hadir di tengah-tengah masyarakat, di seluruh pelosok desa juga. Kocakannya yang khas membuat siapa saja yang mendengar tagline itu, terbalut rasa kasih sayang.
Apa yang Satika lakukan, Satika korbankan, Satika perjuangkan, tergambar lewat tagline itu, sekaligus simbol bahwa dirinya menyayangi segenap warga Tapanuli Utara.
Hal yang juga diharapkannya adalah semakin menularnya rasa kasih sayang antar sesama masyarakat. Dengan begitu, Satika pun yakin, apa yang akan dikerjakan, diraih, diimpikan, berbuah manis kelak jika diawali kasih sayang.(***)
Penulis adalah Pengurus SMSI Sumatera Utara Bidang Teknologi Informasi
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post