Pada tahun 1994, kata Eka, Perserikatan Bangsa-Bangsa mendeklarasikan Hari Keluarga dan tanggal 15 Mei dinyatakan sebagai Hari Keluarga Internasional.
Menurut Eka, walaupun tanggal pelaksanaannya berbeda di tiap negara namun secara umum Hari Keluarga dimaknai sebagai hari berkumpulnya anggota keluarga, ayah ibu dan anak-anak untuk makan bersama.
Saat berkumpul inilah diharapkan akan menumbuhkan rasa kebersamaan dalam suatu keluarga. Karena tujuannya menumbuhkan rasa kebersamaan, maka ada yang mendefinisikan bahwa Hari Keluarga tidak hanya untuk keluarga tetapi suatu hari yang dirayakan untuk berbagai komunitas termasuk bisnis dan kelompok masyarakat tertentu.
Prevalensi Stunting
Eka mengatakan kualitas keluarga merupakan kunci masa depan bangsa. Karena itu, upaya mewujudkan keluarga sejahtera harus dimulai sejak perencanaan keluarga yang akan menjadi mata rantai kehidupan generasi berikutnya.
Tantangan besar yang dihadapi keluarga-keluarga saat ini menurut Eka adalah prevalensi stunting.
Menurut Eka, satu dari empat balita di Indonesia mengalami stunting yakni kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi, infeksi berulang, dan stimulasi lingkungan yg kurang mendukung.
Kondisi ini berefek jangka panjang hingga lanjut usia. Stunting berdampak sangat buruk bagi masa depan anak-anak Indonesia.
“Perencanaan keluarga adalah poin penting yang harus dipersiapkan setelah menikah. Perencanaan keluarga menjadi titik upaya pencegahan stunting,” kata Eka.
Karena itu Eka mengatakan puncak Harganas ke 29 di Kota Medan yang digelar pada 29 Juni 2022 mendatang, ditargetkan untuk menurunkan prevalensi stunting secara nasional yang pada 2024 mendatang targetnya sebesar 14%.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post