“Kita fokuskan saja pada hilirisasi komoditas perkebunan kita. Hilirisasi kita akan mulai setiap kabupaten sebesar 17 sampai 20 persen untuk setiap komoditas perkebunan seperti kelapa, kopi dan untuk Kolaka ini, komoditas kakao,” ujar Syahrul.
Diketahui berdasarkan buku Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka 2022 yang dikutip pada HaloSultra.com, ada lima daerah di Sultra dengan kebun kakao terluas dan menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menyumbangkan 17,05 persen produksi kakao selain Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Tengah (Sulteng), Sumatera Barat (Sumbar), dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Daerah di Sultra dengan kebun kakao terluas itu diantaranya Kabupaten Kolaka Utara dengan luas mencapai 78.971 hektar dan Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) dengan luas 57.916 hektar.
Kemudian Kabupaten Kolaka seluas 29.507 hektar, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) seluar 20.152 hektar dan Kabupaten Bombana dengan luas perkebunan kakao mencapai 9.954 hektar.
Populasi Sapi Berkembang Baik di Sultra
Di sektor peternakan, populasi hewan ternak di Sultra mencapai 390.903 ekor, suplai ternak potong atau daging surplus sekitar 16.000 ekor atau 2.690 ton.

Populasi ternak, berkembang dengan baik di Sultra, utamanya ternak sapi yang terus mengalami peningkatan populasi dari tahun ke tahun.
Data Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sultra 2021, dari 12 jenis komoditas hewan ternak di Sultra, populasi ternak sapi potong terbesar ada di Kabupaten Konawe dengan populasi mencapai 72.308 ekor, disusul oleh Kabupaten Muna dengan populasi mencapai 71.121 ekor.
Kemudian Kabupaten Konsel sebanyak 64.021 ekor, Kabupaten Bombana 51.205 ekor, dan Kabupaten Muna Barat (Mubar) 33.900 ekor.
Lalu Kabupaten Kolaka 25.275 ekor dan Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) dengan jumlah populasi ternak sapi potong yang mencapai 22.062 ekor.
Untuk menunjang tumbuh kembang produksi peternakan di Sultra, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra bakal membangun industri pakan ternak.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muh Rusdin Jaya mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut pihaknya di tahun 2023 ini akan bekerjasama dengan salah satu perusahaan.
“Sementara kita mau MoU dengan PT Sars, mudah-mudahan tidak terlalu lama bisa kita bergerak,” kata Rusdin pada Jumat 24 Februari 2023 lalu.
Pembangunan industri pakan ternak ini bertujuan untuk menanggulangi imbas pakan ternak yang didistribusikan dari luar wilayah Sultra.
Saat ini pihaknya masih mengidentifikasi lebih lanjut lokasi potensial di Sultra yang akan digunakan untuk pendirian industri pakan ternak yakni Kabupaten Konawe, Konsel dan Kabupaten Bombana. Dimana, lokasi itu harus memenuhi beberapa aspek.
“Salah satunya yaitu memiliki potensi yang baik untuk ternak dan tanaman pangan,” Rusdin memungkas.
Upaya untuk menghadirkan industri pakan ternak ini tak lain dan tak bukan agar nantinya Sultra dapat menjadi salah satu sentra komoditas hewan ternak Indonesia.(Adv)
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post