PENASULTRAID, JAKARTA – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) Wihaji mengungkapkan, salah satu program yang dikembangkan Kemendukbangga/BKKBN saat ini terkait pembinaan keluarga yang mempunyai lansia atau lansia itu sendiri adalah kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang berinovasi dengan pembentukan Sekolah Lansia Online Pintar atau Senior School Pintar.
Sekolah ini merupakan perwujudan dari konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dalam upaya mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan bermartabat melalui 7 dimensi lansia tangguh, yaitu dimensi fisik, spiritual, emosional, intelektual, sosial kemasyarakatan, lingkungan dan vokasional.
“Sekolah ini berbasis hybrid, offline dan online, dengan online mengajari kakek-nenek, opa-oma mahasiswa. Sekolah ini melek teknologi, jadi bisa kirim-kirim pesan lewat online,” ungkap Wihaji saat membuka acara Gebyar Sekolah Lansia Online “Pintar” di ruang Serbaguna Kantor Walikota Jakarta Timur pada Kamis 13 Februari 2025.
Acara Gebyar Sekolah Lansia Online “Pintar” ini diikuti oleh 1.625 orang lansia, siswa Senior School Pintar secara hybrid dari 65 sekolah lansia (SL) di 65 kelurahan. Sedangkan yang hadir langsung di kantor Walikota Administrasi Jakarta Timur ada 250 orang (offline) dari 10 SL di 10 kelurahan.
Pada kesempatan itu, Menteri Wihaji menyampaikan bahwa saat ini jumlah lansia di Indonesia telah mencapai kisaran 11,7% dari jumlah penduduk Indonesia 282 juta atau sekitar 25 jutaan lansia.
“Peningkatan jumlah lansia dapat memberikan keuntungan jika dikaitkan dengan adanya bonus demografi. Ageing Population Indonesia dapat dideskripsikan suatu keadaan ketika proporsi dari penduduk yang berusia tua semakin banyak, namun masih produktif dan masih memberikan sumbangan bagi perekonomian negara,” terangnya.
Menurut Wihaji, lanjut usia tidak luput dari gangguan kesehatan mental. Penyebabnya biasanya karena para lansia seringkali merasakan kesendirian atau kekosongan. Kekosongan, misalnya karena anak-anaknya sudah tidak bersama lagi, sehingga akan membuat lansia merasa tidak diperhatikan.
Discussion about this post