Kalau ke Blok M, saya harus lewat Pondok Labu terus ke arah Fatmawati, Cilandak Blok A dan ke Blok M. Dari Blok M harus ke Radio Dalam, Pondok Indah baru ke arah rumah hamba. Tapi lantaran kasihan padanya, maka hamba ajak dia. Mana tega membiarkan ibu-ibu di malam jelang subuh sendirian mau ke Kwitang.
“Kok jauh amat sih Bu Pengajian ke Kwitang” tanya saya di mobil.
“Ya sudah biasa,” jawabnya.
Begitulah akhirnya dia hamba antar sampai terminal Blok M. Kala itu terminal Blok M belum seperti sekarang. Masih semerawut.
Setelah hamba “turunkan” dia di terminal Blok M, saya langsung pulang. Sampai rumah sekitar pukul 04.15. Masih keburu untuk salat subuh. Setelah mencuci muka dan ganti pakaian hamba sempat salat subuh di masjid. Datang ke masjid pas azan.
Berbagai kesibukan membuat sekitar seminggu hamba lupa terhadap peristiwa dengan perempuan misterius tersebut. Baru setelah sekitar seminggu hamba cek ke sobat-sobat hamba yang mengetahui, apa benar di Kwitang ada pengajian buat ibu-ibu pada subuh hari.
Menurut berbagai keterangan yang hamba himpun, memang benar ada pengajian ibu-ibu di sana, tapi tak ada yang dilaksanakan subuh hari seperti cerita “penumpang misterius” yang ikut hamba?
Waktu itu pengajian ibu-ibu di sana katanya paling pagi jam 9-an.
Pertanyaan hamba: kalau demikian, siapa perempuan ini? Siapa “penumpang misterius” ini? Sampai kiwari, sekitar 25 tahun kemudian, belum juga terjawab siapa dia. Itulah yang hamba maksud “tamu misterius” yang belum terjawab siapa dia. T a b i k.!
(Bersambung…..)
Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
(Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi yang tidak mewakili organisasi)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post