Siapa sangka Umar bin Kattab, yang sebelumnya kafir penyembah berhala dan pembenci utama Nabi Muhammad serta sudah berkali-kali berniat membunuh Nabi Muhammad, tiba-tiba setelah mendengar ayat suci Al Quran, mendapat hidayah langsung memeluk Islam.
Belakangan bahkan dia menjadi khalifah atau pimpinan kedua Islam sewafatnya Nabi Muhammad. Umar bin Kattab yang sudah di ujung neraka, terselamatkan menjadi pejuang Islam.
Kita, orang muslim, masih ada kemungkinan mendapat hidayat dalam versi lain. Barangkali hidup kita yang sebelumnya berlumur dosa, dengan hidayat itu dapat masuk surga. Siapa yang faham? Namun sebaliknya, kita yang kelihatan begitu alim, saleh, taat dan tunduk kepada Allah, salat wajib dan sunah tak pernah terlewatkan, sebenarnya ada tindakan kita yang tercela yang tersembunyi yang menghalangi kita ke surga?
Pada salat subuh berjemaah di masjid, kita tidak dapat menilai derajat seseorang di hadapan Allah dari penampilan semata. Kita tidak dapat memandang tinggi rendah orang bakal masuk surga atau neraka dari busana yang dikenakan masing-masing jemaah. Kalau pakaiannya rada belel, butut, berarti dari kalangan ekonomi menengah bawah, kita pikir kemungkinan besar masuk neraka. Belum tentu.
Sebaliknya yang pakaiannya parlente, berarti dari golongan ekonomi menengah atas, bakalan masuk neraka. Juga belum tentu. Kaya atau miskin, semuanya belum tentu masuk surga atau masuk neraka. Begitu pula yang memiliki jabatan tinggi, atau berduit selangit, belum dapat dipastikan masuk surga atau neraka. Sama yang hamba sahaya, pun belum tentu masuk surga atau neraka.
Kita tidak dapat pula menduga-duga seseorang masuk surga hanya dari semata-mata mereka rajin datang salat subuh berjemaah di masjid paling awal, doanya paling merdu, posisinya sebagai imam, bilal, pengurus atau rakyat sahaya. Kita tidak pernah tahu. Maka kita tak boleh pongah. Tak boleh memandang rendah kepada jemaah lain. Penilaian hanya ada di mata Allah.
Salat subuh berjemaah di masjid, memang tak menjamin seseorang bakalan pasti masuk surga. Meski sudah begitu banyak efort atau “pengorbanan,” kita untuk setiap hari salat subuh berjemaah di masjid, tak menjamin jalan lapang kita ke surga.
Kendati demikian setidaknya, salat subuh berjemaah di masjid, memberikan kredit point kepada kita sebagai manusia pendamba surga. Bagaimana pun melaksanakan salat subuh berjemaah di masjid termasuk menjalankan perintah Allah. Sejelek-jeleknya kita, dengan salat subuh berjemaah di masjid, setidaknya sudah menunjukkan kepada Sang Maha Kuasa, terlepas dari kelemahan yang ada, kita sudah berupaya mewujudkan perintah Allah.
Kita harus berkeyakinan, salat subuh berjemaah di masjid, setidaknya dapat memberikan kita tambahan ke timbangan yang baik. Soal masuk surga dan neraka, memang sepenuhnya Allah yang menentukan. Kita tidak dapat mengintervensi otoritas Allah.
Kita hanya berkeyakinan, siapa yang menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya, oleh Allah bakal dibukakan pintu surga, termasuk yang menjalankan salat subuh berjemaah di masjid. Walaupun kita sadar sadar-sesadarnya, semuanya hak mutlak Allah.
Nah, jika kita saja tidak dapat menentukan kita masuk surga atau neraka, bagaimana pula kita dapat menentukan orang lain masuk surga atau neraka? T a b i k!.
(Bersambung…..)
Penulis adalah wartawan dan advokat senior dan Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
(Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post