“Waduh!” jawabnya seraya menerangkan dia khawatir generasi jemaah salat subuh di masjid yang akan datang bakalan lebih sulit lagi ada generasi mudanya.
Setelah salat subuh di masjid prakteknya kami sering mendengar pengumuman dari pengurus masjid, adanya warga yang wafat pada tadi malam atau pada jelang subuh. Pengumuman dilantangkan melalui pengeras suara masjid. Kalau yang meninggal masih tetangga sekitar lingkungan kami, biasanya setelah salat subuh di masjid, tanpa dikomando, kami para jemaah langsung melayat ke rumah duka.
“Kebiasaan” ini menguntungkan bagi kami yang masih memiliki banyak kegiatan. Kalau tak melayat setelah salat subuh, mungkin kami tak sempat melayat.
Pengalaman sebagai jemaah salat subuh, yang meninggal tidak selalu orang yang sudah tua. Bisa juga yang masih muda yang belum pernah salat subuh di masjid. Fakta ini membuktikan salat subuh di masjid bukan cuma buat para orang tua, tapi juga semua lelaki dewasa.
Salat subuh di masjid tak ada hubungan dengan tua atau muda. Inilah yang membuat saya November 2017 menulis puisi yang mengabarkan keadaan itu sebagai berikut:
Salat Subuh di Masjid
Salat subuh berjemaah
di masjid Jakarta
tiga shaf tak sampai
berjajar rambut beruban dan raut wajah keriput.
Sementara generasi milenial masih nyenyak tidur
nanti bangun memakai wangi parfum
berpikir jauh dari bau tanah.
Siang hari setelah salat dzuhur
pengeras suara dari masjid mengumumkan
Innailahi wainailahi rojiun
telah wafat si Fulan berusia 21 tahun subuh tadi.
T a b i k!.
(Bersambung…)
Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
(Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post