Demokrasi Sejatinya Merangkul, Bukan Memukul
Kongres Rakyat Nasional (Kornas) sebagai wadah berhimpun dan berjuang rakyat dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia menyampaikan pandangan dan sikap sebagai berikut:
Pertama, bahwa aksi pembakaran bendera PDIP oleh aktivis HMI Jakarta tidak dapat dibenarkan atas alasan apapun. Namun pelaporan aksi aktivis HMI Jakarta kepada Polda Metro Jaya pun tidak perlu. Tidak semua hal dalam dinamika bangsa ini harus berakhir dengan proses hukum.
Kedua, bahwa ekspresi HMI Jakarta adalah ekspresi biasa anak-anak muda yang sedang berlatih sebagai calon- calon pemimpin. Maka sebagai “sekolah latihan calon pemimpin” HMI sama dengan GMNI, GMKI, PMII, PMKRI wajar melakukan hal- hal yang dianggap “tidak benar” oleh para seniornya. Aktivis mahasiswa “boleh salah” agar kemudian setelah jadi alumni dan senior selalu “benar”.
Ketiga, bahwa hakikat aktivis mahasiswa itu selalu “menjaga jarak” dengan kekuasaan dan selalu memihak pada kelompok yang dianggap “berbeda dengan kekuasaan”. Maka pembelaan HMI Jakarta kepada Rocky Gerung sesuai dengan hakikat aktivis mahasiswa.
Elit politik hanya asyik “bertengkar terkait kue kekuasaan” secara eksklusif. Sementara ruang pertengkaran ide, gagasan hanya diisi oleh Rocky Gerung. Akibatnya aktivis mahasiswa lebih dekat dengan Rocky Gerung.
Keempat, bahwa PDIP tempat berkumpul alumni atau senior aktivis mahasiswa yang terlibat menjatuhkan rezim orde baru termasuk ikut mendorong pembubaran Golkar saat itu. Maka reaksi elit PDIP atas aksi bakar bendera partai oleh aktivis HMI Jakarta berlebihan. PDIP dapat “belajar” dari Golkar yang tidak pernah melaporkan para aktivis mahasiswa, meski menuntut pembubaran Golkar, termasuk membakar bendera Golkar.
Kelima, bahwa aksi “sedikit-sedikit lapor” tidak mencerminkan kematangan dalam demokrasi. Partai sebagai wadah berhimpun “orang-orang kritis” semestinya tangguh dalam menghadapi kritik. PDIP sejatinya menjadikan aksi HMI Jakarta sebagai kritik.
Discussion about this post