Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak turut pula menegaskan. Emil mengatakan guna mempercepat penurunan stunting, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan, salah satunya melalui keluarga.
“Keluarga merupakan unit paling penting dalam membuat sebuah kebijakan. Misalnya, kita tidak mengatasi masalah sanitasi dilihat per orang, tetapi kita mengkalkulasi melalui jumlah keluarga,” kata Emil Dardak.
Menurut Emil Dardak, permasalahan stunting tidak diselesaikan setelah bayi lahir, tetapi lebih kepada pencegahan.
“Bagaimana remaja perempuan memiliki nutrisi yang berkecukupan, bagaimana mereka menyiapkan menjadi calon ibu. Tentu hal ini memerlukan peran keluarga dan tentu pendekatan berbasis keluarga ini menjadi sangat penting dalam penanganan stunting,” kata dia.
Sedangkan Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo dalam talkshow memaparkan bahwa Perguruan Tinggi juga memiliki peran yang esensial dalam mendukung percepatan penurunan stunting melalui 3 pilar, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
“KKN tematik stunting menjadi salah satu bentuk penerapan pilar pengabdian masyarakat yang bisa langsung dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Mahasiswa yang melaksanakan KKN memberikan edukasi kepada masyarakat tentang stunting dan membantu BKKBN melakukan pendampingan kepada masyarakat,” jelas Prof. Widodo.
Permasalahan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga termasuk stunting sudah sesuai dengan amanat Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 1 “Menghapus Kemiskinan”, nomor 2 “Mengakhiri Kelaparan”, nomor 3 “Kesehatan dan Kesejahteraan”, nomor 5 “Kesetaraan Gender” dan nomor 6 “Akses Air Bersih dan Sanitasi”.
Berdasarkan Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia bertanggung jawab untuk melaksanakan program Keluarga Berencana.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post