Beberapa hari lalu selama di Sulawesi Selatan, kunjungi nelayan Bone. Hasilnya sangat melimpah pada kedua jenis ikan tuna diatas. Bahkan bobot tuna yang ditangkap sangat besar, beratnya bisa 110 kg dengan panjang 180 cm. Untuk mendapatkan ikan tuna tersebut, nelayan hanya menggunakan pancing ulur. Pancing ulur yang digunakan adalah tali utama bernomor 150 dan tali cabang bernomor 100 dengan mata kail tunggal bernomor 4-8.
Alat tangkap ini sangat ramah lingkungan. Proses nangkapnya sekitar tiga sampai empat jam perekor. Harga jual tuna saat ini berkisar Rp55.000 per kg. Sehingga ikan tuna berbobot 110 kg hanya dihargai Rp5,5 juta.
Produksi perikanan Tuna Sulsel mencapai 13 ribu ton per tahun dan ikan demersal mencapai 70 ribu ton pertahun. Nelayan bergelut perikanan tangkap tuna sekitar 11.801 orang nelayan dan kapalnya 8.902.
Sementara produksi Perikanan Laut yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menurut jenis ikan (Kuintal), 2019-2022 yakni Ikan layang sejumlah 204.197 kuintal, ikan kembung sebesar 166.204 Kuintal, ikan teri sebesar 168,390 kuintal dan jenis ikan lainnya mencapai total 1.812.936. (BPS Sulsel, 2019, 2020, 2021, 2022).
Sementara 2023 ini, pendugaan stok ikan tongkol yang termasuk golongan ikan tuna kecil, dan selalu bergerombol. Stoknya terjadi peningkatan produksi dan jumlah nelayan untuk melakukan penangkapan ikan tongkol selalu meningkat populasinya. Tentu berpengaruh positif bagi peningkatan pendapatan nelayan.
Namun perlu disadari bahwa peningkatan permintaan sumberdaya tersebut selalu diikuti tekanan untuk melakukan eksploitasi yang semakin intensif. Maka nilai Maksimum Sustainable Yield (MSY) dan Effort Optimal (Fopt.) ikan tongkol di perairan Selat Makassar Sulawesi Selatan bahwa nilai lestari (MSY) ikan tongkol di Selat Makassar Sulawesi Selatan adalah 7.381,82 ton per tahun dengan penangkapan optimum (Fopt) 1.666.666,67 trip per tahun.
Sementara keberadaan populasi ikan Tuna sirip kuning (yellow fin) dan mata besar (big eye) di perairan Selat Makassar Sulawesi Selatan mengalami peningkatan cukup besar yakni 23.619 ton.
Menurut data KKP tahun 2022 bahwa nilai ekspor perikanan periode Januari-November 2022 sesuai data KKP 2022 mencapai USD5,71 miliar. Sementara nilai impor di periode yang sama hanya USD0,64 miliar. Adapun komoditas utama ekspor Indonesia meliputi udang dengan nilai USD1.997,49 juta, Tuna-Cakalang-Tongkol senilai USD865,73 juta, Cumi-Sotong-Gurita sebesar USD657,71 juta, Rumput Laut sebesar USD554,96 juta dan Rajungan-Kepiting sebesar USD450,55 juta.
Komoditas-komoditas ekspor tersebut, dikirim ke negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat senilai USD2,15 miliar (37,63 persen), Tiongkok USD1,02 miliar (17,90 persen), Jepang USD678,13 juta (11,89 persen), Asean USD651,66 juta (11,42 persen) serta 27 negara Uni Eropa senilai USD357,12 juta (6,26 persen).
Ditengah dinamika kondisi global seperti sangat berdampak pada ekspor perikanan Indonesia. Kendati demikian, pemerintah tetap menjaga pangsa pasar ke negara-negara tujuan ekspor utama dan menjajaki tujuan pasar prospektif di Timur Tengah.
Discussion about this post