Pertama, mengatur pola tanam. Pengaturan pola tanam perlu mempertimbangkan kondisi kesehatan tanah, iklim, dan aspek irigasi. Pendisiplinan dan penertiban kesepakatan tata tanam harus disosialisasikan, serta kemungkinan pemberian sanksi pada pelanggaran yang dilakukan.
Pemilihan varietas padi juga adalah hal penting agar sesuai dengan kondisi ketersediaan air.
Kedua, memberikan bimbingan kepada petani untuk tidak memaksakan diri menanam tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Petani juga perlu disarankan untuk mengadopsi pola dan strategi tanam yang sesuai dengan kondisi tanah kering.
Ketiga, menggunakan teknologi dengan memberdayakan informasi dari stasiun MKG, optimalisasi bantuan pompanisasi, rehabilitasi saluran irigasi, serta memberikan benih padi anti kekeringan.
“Keempat, petani perlu diberikan edukasi yang intens bahwa pola tanam dapat diterapkan secara baik dan tepat serta memberikan hasil yang maksimal sangat tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanah, ketersediaan air, pemeliharaan dan lain sebagainya,” jelas Rusdin.
Sementara itu, Pj. Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto mengungkapkan rasa syukur pihaknya dapat memitigasi dampak Elnino (kekeringan) ketika melanda wilayah Sultra.
Angka Sementara Kerangka Sampel Area (ASEM KSA) BPS mencatat, produksi beras Sultra 2024 lebih tinggi dari 2023.
Discussion about this post