PENASULTRAID, MAMUJU – Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa menutup kunjungan kerjanya di Sulawesi Barat (Sulbar) dengan mengunjungi Rumah Tenun Sekomandi di Kalumpang, Mamuju.
Ni Luh berpesan kepada para penerus dan masyarakat setempat agar terus menjaga dan melestarikan tenun warisan leluhur yang telah berusia ratusan tahun dan sarat makna spiritual ini.
“Tenun Sekomandi bukan sekadar kerajinan, tapi cerminan kearifan lokal yang membentuk ekosistem budaya sekaligus daya tarik wisata di Mamuju. Untuk itu, pesan saya jaga dan lestarikan terus apa yang sudah diwariskan oleh para leluhur Kalumpang-Mamuju,” kata Wamenpar Ni Luh dalam keterangannya, Rabu 27 Agustus 2025.
Tenun Sekomandi diyakini sebagai salah satu tenun tertua di dunia. Warisan Budaya Tak Benda yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016 ini diperkirakan berusia lebih dari 500 tahun. Beberapa motifnya bahkan mirip ornamen seni prasejarah di situs Kalumpang.
Motif tenun Sekomandi pertama adalah “Ulu Karua” atau juga dikenal sebagai “Ba’ba Deata”. “Ulu Karua” berarti delapan ketua adat, yang merepresentasikan delapan leluhur pemimpin masyarakat adat di masa lampau. Sementara “Ba’ba Deata” artinya kesatuan dari rumpun keluarga yang kuat.
Menurut keterangan Nurhayati, salah satu keturunan penerus kain tenun Sekomandi, penamaan “Ulu Kalua” atau “Ba’ba Deata” berasal dari sejak zaman dahulu, saat nenek moyangnya berburu bersama anjingnya, lalu masuk ke dalam gua.
Ketika keluar gua, anjing tersebut mengigit daun bermotif yang kemudian menjadi motif pertama tenun Sekomandi.
Hingga saat ini, Nurhayati masih menyimpan tenun Sekomandi “Ulu Kalua” yang diperkirakan telah berusia 100 tahun lebih. Meski warnanya terlihat pudar, kualitas dan keasliannya tetap terjaga.
Proses pembuatan tenun Sekomandi sendiri memiliki latar belakang spiritual, dimana seorang penenun mengalami pengalaman mistis yang kemudian dianggap sebagai ilham mengenai cara membuat tenun Sekomandi.
Proses pembuatan tenun Sekomandi dimulai dengan memintal kapas menjadi benang, proses ini dinamakan ma’kare’. Kemudian masuk ke tahap mangrara, dimana bahan tersebut diberi pewarna alami yang diracik dari akar, daun, kulit kayu, hingga tanaman cabai.
Tak ayal kain tenun Sekomandi memiliki harum khas rempah-rempah. Untuk warnanya, kain tenun Sekomandi didominasi oleh warna cokelat merah atau krem dengan hitam sebagai warna dasar.
Discussion about this post