Setelah itu, masuk ke proses ma’bida, mengikat benang sesuai motif atau pola yang diinginkan. Dan tahap terakhir ma’tannun yaitu proses menenun benang di atas alat tenun tradisional (gedogan).
Setiap tahapan proses menenun ini memerlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi, serta keahlian yang diperoleh dari pengalaman dan tradisi turun-temurun.
Hasil akhir dari proses ini adalah kain tenun Sekomandi yang indah, sarat budaya dan makna. Untuk pembuatan sehelai kain tenun Sekomandi dapat memakan waktu hingga tiga bulan lamanya.
Wamenpar Ni Luh Puspa berharap tenun Sekomandi bisa menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lainnya untuk melestarikan warisan budaya para leluhur yang kini menjadi produk unggulan masyarakat Kalumpang-Mamuju dan menjadi daya tarik wisata budaya berbasis komunitas yang telah dikenal secara luas hingga mancanegara.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengembangkan program unggulan salah satunya pengembangan desa wisata berbasis komunitas.
Program ini diharapkan dapat relevan bagi masyarakat termasuk di Sulbar untuk memberdayakan desa-desa wisata, meningkatkan perekonomian lokal, serta melestarikan budaya dan lingkungan yang sejalan dengan cita-cita keberlanjutan tenun Sekomandi.
Program pengembangan desa wisata juga beriringan langsung dalam mendukung akselerasi pelaksanaan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka seperti Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih hingga Cek Kesehatan Gratis (CKG).
“Karena masyarakat yang hidup lebih sehat dan bertanggung jawab terhadap budaya dan lingkungan adalah fondasi sesungguhnya dari pembangunan pariwisata yang berkelanjutan,” ujar Ni Luh memungkas.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post