PENASULTRA.ID, KENDARI – Peringatan Hari Tenun Nasional (HTN) yang jatuh pada 7 September terus dirayakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra).
Pada 2023, Pemprov Sultra melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Sultra mengadakan Sultra Tenun Karnaval dengan tema “Tenun Sultra, dari Sultra untuk Indonesia” yang dilaksanakan di Jalan Ahmad Yani (depan tugu persatuan Kendari) pada 2 dan 3 Desember.
Event tahunan yang mengangkat topik “Legenda Sultra” tersebut dimeriahkan oleh bupati dan walikota berserta istri serta istri para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) lingkup Sultra dengan mengenakan tenunan desainer lokal maupun nasional. Di antaranya Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kolaka Timur (Koltim).
Kedua daerah ini menampilkan tenunan khasnya yang dikenakan langsung oleh kepala daerah berserta istri. Pemkab Koltim yang menampilkan tenun motif Sorume dan Pemkot Kendari menampilkan tenun Tolaki.

Tenun Tolaki khas Kota Kendari
Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu bersama istri, Siti Chomzah Asmawa mengenakan tenun Tolaki. Tak hanya wali kota dan istri, tenun Tolaki juga dikenakan oleh Ketua Dharmawanita Persatuan (DWP) Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Kemasyarakatan Setda Sultra, Herlina Iwan S.
Herlina tampak anggun mengenakan Busana Casual Formal tenun Tolaki berfokus pada motif daun sagu dan ulat sagu.
Herlina Iwan S. mengatakan, busana tenun motif Tolaki yang dikenakan berfokus pada motif daun sagu dan ulat sagu yang menggambarkan kekuatan yang berasal dari makanan pokok masyarakat Tolaki.
“Bentuk busana diperuntukkan bagi wanita-wanita kuat yang bangga dengan budaya Tolaki. Penggunaan warna hijau menggambarkan kesuburan tanah Anoa yang menjaga ketersediaan bahan makanan pokok masyarakat Tolaki,” kata Herlina.
Menurutnya, daun sagu dan ulat sagu ini masuk dalam tenun Tolaki motif Pinetobo, yang mana motif ini adalah dasar motif Tolaki yang bermakna kekayaan alam yang dimiliki Bumi Anoa termasuk daun sagu dan ulat sagu.
“Casual formal adalah ide dasar
busana yang diwujudkan dengan penggunaan bentuk outler megah dan pantalon lebar yang menggambarkan wanita aktif, wanita pekerja yang tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan,” ujar istri Kepala Biro Adm Kesra dan Kemasyarakatan Setda Sultra itu.
Discussion about this post