Dalam penilaiannya, TIA berhasil mendapatkan score tinggi untuk community development melalui program rehabilitasi. Program rehabilitasi ini telah memberikan manfaat langsung kepada 1.200 orang anggota komunitas lokal Kelompok Tani Hutan Alimpung yang mendapat penghasilan dari menyadap karet sejak pandemi COVID-19 merebak.
Sementara dari sisi produktivitas, volume produksi batu bara yang dihasilkan TIA terus meningkat. Pada 2016 perusahaan memproduksi 5,82 juta ton batu bara dari yang sebelumnya hanya 112.000 ton pada 2009.
Tak hanya itu, TIA turut berkontribusi terhadap ketahanan energi negara-negara ASEAN melalui pasokan batu bara, di antaranya ekspor ke Vietnam, Filipina, dan Thailand. Jumlah ini di luar pemenuhan kewajiban memasok batu bara ke dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO).
Keterlibatan TIA dalam menjalankan good mining practice juga diterapkan dalam K3 di area pertambangan dan fokus mengembangkan SDM juga keterampilan karyawan. Selama 14 tahun beroperasi, TIA mencatatkan 56 juta manhours dengan Zero Fatalities.
Dalam tiga tahun terakhir, Perseroan juga berhasil menginvestasikan lebih dari US$ 105,475 dan 7,786 jam untuk program pelatihan juga pengembangan keterampilan.
“Seluruh kegiatan operasional perusahaan tentunya dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Perseroan juga tak henti mengedukasi terkait pentingnya keselamatan dan ketahanan karyawan. Secara rutin, kami mengadakan briefing K3, menjabarkan nilai-nilai K3, serta memberikan pelatihan maupun sertifikasi kepada karyawan dari semua jenjang,” jelas Dadik.
Discussion about this post