Sebelumnya, pada awal sambutannya, Hasto menyampaikan apresiasi kepada Gubernur NTT Viktor Laiskodat yang memprioritaskan KB kepada warga miskin di NTT.
“Langkah ini sangat strategis. Dalam peta menunjukkan bahwa mereka yang anaknya banyak berada di kantong-kantong yakni kemiskinan, rural atau perdesaan, dan yang berpendidikan rendah,” ujar Hasto.
Sementara itu, Viktor Laiskodat dalam sambutan juga mengatakan bahwa berdasarkan hasil pengukuran dengan antopometri, angka stunting di NTT mengalami penurunan menjadi 17,7 persen. Namun demikian, dari 10 ribu Posyandu yang memiliki antopometri itu baru 5 ribu.
“Di Posyandu yang belum punya antopometri maka dibawa untuk diukur di Posyandu yang memiliki alat antopometri,” kata Gubernur NTT.
Meski demikian, Viktor optimis angka stunting di NTT dapat diturunkan lagi sehingga mencapai target nasional 14 persen. Salah satu faktor keberhasilan penurunan stunting ini adalah konsumsi daun kelor yang disebutnya sebagai “pohon ajaib” karena kandungan gizi yang tinggi, selain itu nilai ekonomisnya juga cukup menjanjikan.
“Satu kilo daun kelor basah harganya Rp5 ribu sampai Rp7 ribu. Ini bisa membantu perekonomian masyarakat,” kata Viktor.
Viktor menyebutkan nama pohon kelor itu ajaib sesuai pemberian nama oleh WHO yakni miracle tree atau pohon kelor dalam Bahasa latin adalah Moringa Oleifera. Karena itu, Viktor berharap TNI AU bisa memanfaatkan lahan-lahannya di Lanud yang ada di NTT untuk ditanami pohon kelor.
Usai Pencanangan Pencegahan Stunting Nasional TNI AU tahun 2023, dilakukan peninjauan pos kesehatan. TNI AU juga memberikan bingkisan paket makanan dan nutrisi kepada 300 anak yang berisiko stunting.
Bingkisan secara simbolis diberikan oleh Ketua Umum PIA Ardhya Garini Ny. Inong Fadjar Prasetyo, Ketua Dharma Wanita Persatuan BKKBN dr. Dwikisworo Setyowireni, Sp.A., dan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTT Julie Sutrisno Laiskodat.
Sumber: Media Center BKKBN
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post