PENASULTRA.ID, PINRANG – Dua desa terpencil, Siwolong Polong dan Matunru Tunrue menyajikan gambaran menakjubkan tentang kehidupan pedesaan di Kabupaten Pinrang. Terpaut jauh dari hiruk pikuk perkotaan, kedua desa ini menawarkan pesona alam yang menawan, dengan sawah terhampar luas dan perbukitan hijau yang menghiasi panorama mereka.
Namun, di balik keindahan alam yang memukau, terselip tantangan besar yang dihadapi oleh penduduk setempat: kurangnya akses jalan yang memadai menuju lahan pertanian dan perkebunan mereka. Meskipun telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, jalanan yang berlumpur dan banjir sering kali menjadi rintangan utama bagi para petani dan petani kecil dalam mengakses pasar dan mengangkut hasil panen mereka.
Masyarakat di kedua desa tersebut selama ini menghadapi tantangan serius dalam mengolah lahan pertanian mereka, terutama lahan sawah seluas sekitar 300 hektare. Namun, dengan kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang kuat, Kodim 1404/Pinrang bertekad untuk mengatasi tantangan tersebut.
Program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) telah menjadi salah satu inisiatif unggulan yang dipersembahkan oleh Kodim 1404/Pinrang. Tujuannya tak lain adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai desa di sekitarnya.
Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong yang membara, program ini bertujuan membawa perubahan signifikan dalam infrastruktur dan kesejahteraan sosial di banyak desa, termasuk Desa Siwolong Polong dan Matunru Tunrue.
Letkol Inf Abdullah Mahua, yang menjabat sebagai Dandim 1404/Pinrang, memilih desa Siwolong Polong dan Matunru Tunrue sebagai tempat pelaksanaan kegiatan TMMD. Keputusan ini tidak terlepas dari pemahaman yang mendalam akan potensi serta kebutuhan masyarakat di kedua desa tersebut.
“Setelah mempertimbangkan secara cermat potensi dan kebutuhan masyarakat, saya memutuskan untuk melaksanakan kegiatan TMMD di desa Siwolong Polong dan Matunru Tunrue,” ucap Letkol Inf Abdullah baru-baru ini.
Program TMMD merespons kebutuhan akan akses yang lebih baik dalam bidang pertanian bagi masyarakat Desa Siwolong Polong dan Desa Matunru Tunrue. Sebelumnya, masyarakat di kedua desa tersebut menghadapi kendala serius dalam mengelola lahan pertanian mereka, terutama saat musim penghujan.
Akses yang terbatas dan sulitnya transportasi menjadi hambatan utama dalam mengoptimalkan potensi pertanian lokal. Oleh karena itu, sebagai bagian dari program TMMD, rencana tindakan telah disusun untuk memperbaiki jaringan akses pertanian.
Langkah pertama dalam rencana tindakan ini adalah melakukan perbaikan dan perluasan jalan-jalan yang menghubungkan lahan pertanian utama dengan pusat-pusat distribusi. Hal ini akan melibatkan peningkatan kualitas jalan yang ada serta pembangunan jalan baru yang strategis untuk mengakomodasi kebutuhan transportasi petani.
Pembangunan fisik yang dilakukan dalam program TMMD meliputi beberapa tahap penting. Penyusunan badan jalan sepanjang 1.100 meter menjadi langkah awal untuk memastikan akses yang lebih lancar menuju lahan pertanian. Kemudian, penimbunan jalan tani sepanjang 1.100 meter dilakukan untuk meningkatkan daya tahan jalan terhadap kondisi cuaca dan penggunaan yang intensif.
Selanjutnya, pembangunan tembok penahan tanah sepanjang 1.652 meter dilakukan untuk memperkuat struktur jalan, menghindari kerusakan yang disebabkan oleh erosi atau tekanan air. Pembangunan dua unit duiker juga menjadi bagian penting dari upaya ini, dengan spesifikasi masing-masing duiker, yaitu 4,9 x 1,9 meter dan 4,9 x 1,3 meter, untuk memastikan aliran air tetap lancar di bawah jalan.
Pembangunan tidak hanya terfokus pada jalan darat, tetapi juga mencakup pekerjaan jembatan beton dengan ukuran 5 meter x 5 meter. Jembatan ini berperan sebagai penghubung antarwilayah dan memberikan akses yang lebih aman dan nyaman bagi masyarakat, terutama saat musim penghujan.
Melalui serangkaian pembangunan fisik ini, diharapkan akses menuju lahan pertanian yang selama ini sulit dijangkau dapat ditingkatkan, meningkatkan produktivitas pertanian, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kolaborasi antara berbagai pihak dalam TMMD tidak hanya menghasilkan infrastruktur yang kokoh, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan kemandirian ekonomi di kedua desa tersebut.
Program TMMD di kedua desa tersebut melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Mulai dari anggota TNI, Polri, Pemerintah Daerah, mahasiswa KKN, hingga masyarakat setempat dan para pemuda desa, semuanya turut serta bergotong royong dalam setiap tahap kegiatan. Ini menunjukkan semangat gotong royong yang menjadi nilai khas bangsa Indonesia.
Peran aktif dari kepolisian setempat serta dukungan penuh dari pemerintah daerah turut berkontribusi dalam keberhasilan program ini. Mahasiswa KKN juga memberikan semangat segar dan ide-ide inovatif yang membantu dalam menjalankan program TMMD.
Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, program TMMD menciptakan sinergi yang kuat dalam mencapai tujuan bersama, yakni meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan di Desa Siwolong Polong dan Desa Matunru Tunrue.
Kesatuan dan kerjasama antar berbagai pihak menjadi kunci dalam menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Program TMMD tidak hanya sekadar memperbaiki infrastruktur, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong royong dalam masyarakat.
Dengan demikian, TMMD bukan hanya sebuah program pembangunan, tetapi juga cerminan dari semangat kebersamaan dan perubahan yang berdampak positif bagi masyarakat desa.
“Saya sangat mengapresiasi partisipasi luar biasa dari anggota Polri, Pemerintah Daerah, mahasiswa KKN hingga masyarakat setempat dalam setiap tahap kegiatan TMMD ke-119 Kodim 1404/Pinrang dan Kodim 1409/Gowa. Ini menunjukkan semangat gotong royong yang kokoh dan solidaritas yang tinggi di antara semua pihak,” kata Danrem 141/Toddopuli, Brigjen TNI Sugeng Hartono.
Dengan implementasi rencana tindakan ini, diharapkan masyarakat Desa Siwolong Polong dan Matunru Tunrue dapat mengatasi tantangan akses dalam bidang pertanian, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta memperkuat ketahanan pangan lokal secara keseluruhan.
Meskipun mungkin terjadi kendala seperti cuaca ekstrem dan kondisi geografis yang sulit, namun semangat dan kesungguhan dalam menjalankan program pembangunan akan menjadi pendorong utama dalam mengatasi setiap hambatan yang muncul. Walaupun terdapat potensi untuk adanya kendala, pembangunan infrastruktur pertanian di kedua desa tersebut tetap terlaksana dengan sukses.
Discussion about this post