<strong>PENASULTRA.ID, BUTON TENGAH -</strong> Usai dilaporkan di Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) oleh warganya berinisial SP, terkait dugaan pungutan liar (Pungli) dalam program Pendataan Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Desa Dahiango tahun 2019. Kini LHY oknum Kepala Desa Dahiango, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Muna kembali disorot oleh LN (43) salah seorang warganya. LHY atas nama Pemdes Dahiango disinyalir telah mengolah mata air di lahan LN (43) secara sepihak. LN mengungkapkan, tanah yang diolah selama 22 tahun silam itu telah dipasang pipa yang kemudian dialiri ke bak penampung, lalu dari bak penampung disalurkan ke rumah-rumah warga. Anggaran perpipaan itu sendiri, sambungnya, berasal dari Dana Desa (DD) tahun 2019. Awalnya LN tak mempersoalkan hal itu, namun belakangan, bukannya dapat apresiasi karena telah merelakan mata air di lahannya di jadikan sumber air bersih untuk warga. LHY justru mengadukan LN ke Mapolsek Mawasangka atas tuduhan pengrusakan pipa air yang membentang di halaman rumah LN. Tentu saja tudingan itu membuat LN kesal. Pasalnya, tuduhan yang dialamatkan kepadanya tidak sesuai fakta yang ada. Pipa yang dikatakan dirusak olehnya, justru dibenahi LN. Ia menuturkan, pipa yang melintas di halaman kediamannya itu tak tertanam sehingga kerap membuat dirinya dan keluarga terhalang tatkala melintas di atas pipa tersebut. Apalagi saat musim penghujan, ia kerap jatuh karna pipa yang licin. <blockquote class="instagram-media" style="background: #FFF; border: 0; border-radius: 3px; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0,0,0,0.5),0 1px 10px 0 rgba(0,0,0,0.15); margin: 1px; max-width: 540px; min-width: 326px; padding: 0; width: calc(100% - 2px);" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/CUtnXqvJx2G/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" data-instgrm-version="14"> <div style="padding: 16px;"> <div style="display: flex; flex-direction: row; align-items: center;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 40px; margin-right: 14px; width: 40px;"></div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 100px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 60px;"></div> </div> </div> <div style="padding: 19% 0;"></div> <div style="display: block; height: 50px; margin: 0 auto 12px; width: 50px;"></div> <div style="padding-top: 8px;"> <div style="color: #3897f0; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: 550; line-height: 18px;">View this post on Instagram</div> </div> <div style="padding: 12.5% 0;"></div> <div style="display: flex; flex-direction: row; margin-bottom: 14px; align-items: center;"> <div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; width: 12.5px; transform: translateX(0px) translateY(7px);"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; height: 12.5px; transform: rotate(-45deg) translateX(3px) translateY(1px); width: 12.5px; flex-grow: 0; margin-right: 14px; margin-left: 2px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; width: 12.5px; transform: translateX(9px) translateY(-18px);"></div> </div> <div style="margin-left: 8px;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 20px; width: 20px;"></div> <div style="width: 0; height: 0; border-top: 2px solid transparent; border-left: 6px solid #f4f4f4; border-bottom: 2px solid transparent; transform: translateX(16px) translateY(-4px) rotate(30deg);"></div> </div> <div style="margin-left: auto;"> <div style="width: 0px; border-top: 8px solid #F4F4F4; border-right: 8px solid transparent; transform: translateY(16px);"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; flex-grow: 0; height: 12px; width: 16px; transform: translateY(-4px);"></div> <div style="width: 0; height: 0; border-top: 8px solid #F4F4F4; border-left: 8px solid transparent; transform: translateY(-4px) translateX(8px);"></div> </div> </div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center; margin-bottom: 24px;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 224px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 144px;"></div> </div> <p style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><a style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none;" href="https://www.instagram.com/p/CUtnXqvJx2G/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" target="_blank" rel="noopener">A post shared by Penasultra.id (@penasultra.id)</a></p> </div></blockquote> <script async src="//www.instagram.com/embed.js"></script> "Pipa yang menghalangi jalan karena terangkat dan tidak ditanam itu saya potong, lalu saya sambung dan saya cor dengan semen. Justru saya keluarkan uang kurang lebih Rp500 ribu untuk pengerjaannya, dan itu saya kerjakan hanya beberapa jam bersama warga lain. Jadi tidak ada pengrusakan apalagi sampe merugikan orang lain," kata LN pada awak media PENASULTRA.ID, Kamis 7 Oktober 2021. "Waktu kita kerjakan, air di pipa juga sudah tidak mengalir beberapa hari. Jadi saya manfaatkan untuk benahi pipa yang muncul di atas tanah. Dan memang semua pipa yang dipasang tidak ada yang ditanam," bebernya lagi. Hal itu dibenarkan oleh warga lain yang turut membantu LN membenahi posisi pipa. LF (31) salah satunya. LF yang ditemui di tempat terpisah mengatakan, pipa yang dipasang untuk mengaliri air bersih warga yang diambil dari mata air di lahan LN tak ada yang ditanam dan nampak dipermukaan tanah. "Saya juga bantu benahi, tidak sampai dua jam kita kerjakan, tidak sampe satu hari," ucap LF. LN mengungkapkan, selama mengolah mata air di lahannya, Pemdes Dahiango yang dinahkodai LHY menarik retribusi dari para warga sebesar Rp10 ribu perkubik air yang digunakan. Dan awal pemasangan pipa, setiap warga diwajibkan membayar Rp250 ribu sebagai biaya meteran. Ia membeberkan, saat mencuat bakal dilaporkan terkait persoalan dugaan pungli sertifikat PTSL di Polda Sultra. Kades Dahiango sempat mengembalikan uang para warga yang dipungut untuk pembayaran administrasi pemasangan rekening air bersih. Anehnya, sebab tau bukan soal pembayaran air bersih yang dilaporkan. Sekembalinya dari pemeriksaan di Polda Sultra. LHY meminta balik uang yang telah dikembalikan sebelumnya kepada warga. Namun LHY meminta Rp300 ribu bukan lagi Rp250 ribu. "Dari mata air yang digunakan oleh desa, sampe saat ini saya tidak dapat apa-apa. Malah saya diadukan ke polisi atas tuduhan pengrusakan, padahal tuduhan itu tidak benar. Dalam hal ini saya sudah dirugikan," timpal LN. Hingga berita ini ditayangkan, awak media PENASULTRA.ID, masih berupaya mengkonfirmasi LHY. <strong>Penulis: Sudirman Behima/Amrin Lamena</strong> <strong>Editor: Basisa</strong> <strong>Jangan lewatkan video terbaru:</strong> https://youtu.be/yyE0ty3KUU8
Discussion about this post