Dari sisi pelaku lapangan, Saidi, petani kopi yang juga anggota Banser, mengakui ia telah mengembangkan kebun kopi seluas dua hektare dengan tiga jenis kopi dan sebagian sudah mulai panen. Namun, ia masih menghadapi kendala pada ketersediaan mesin pemecah dan pengupas kopi.
“Lahan sudah mulai panen. Kendala utama kami ada pada mesin pengolahan pascapanen. Jika ini terpenuhi, nilai tambah kopi bisa meningkat,” ungkap Saidi.
Ke depan, pengembangan kopi ini direncanakan melibatkan lebih luas masyarakat petani, dengan pendekatan berbasis pondok pesantren.
Model tersebut diharapkan mampu memperkuat rantai nilai kopi lokal, meningkatkan kualitas produksi, serta membuka akses pasar yang lebih luas bagi petani Konawe Selatan.
Laporan: Pyan
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:

Discussion about this post