PENASULTRAID, KENDARI – Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Tenggara (Sultra) Hugua secara resmi membuka kegiatan sosialisasi Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Sultra di salah satu hotel ternama di Kota Kendari, Selasa, 8 Juli 2025.
Sosialisasi IDSD yang mengangkat tema “Pemanfaatan Data dan IDSD dalam Rangka Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan Daerah Berbasis Bukti untuk Memperkuat Daya Saing Berdasarkan Potensi Keunggulan Daerah”, ini dihadiri oleh Deputi Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Direktur Kebijakan Riset dan Inovasi Daerah, Asisten II Setda Sultra, Kepala OPD lingkup Pemprov Sultra, serta perwakilan dari berbagai OPD lainnya.
Dalam sambutannya, Hugua menegaskan pentingnya peran pemerintah provinsi dalam memperkuat daya saing daerah.
Ia menjelaskan bahwa dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sistem otonomi daerah memberikan kewenangan terbatas kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Namun demikian, peran provinsi sangat strategis dalam memfasilitasi dan memperkuat kemampuan kabupaten/kota.
“Jangan lupa, tugas Brida bukan hanya memampukan provinsi, tapi juga memfasilitasi dan mendorong kabupaten/kota. Kita adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah,” ujar Hugua.
Menurut Hugua, dalam struktur pelaporan nasional, kinerja pemerintah daerah dinilai dari tiga indikator utama, yakni: MCP (Monitoring Center for Prevention) oleh KPK terkait potensi rawan korupsi, LAKIP dari Kementerian PANRB yang menilai tata kelola pemerintahan, dan IDSD yang mengukur produktivitas ekonomi daerah.
“Laporan kita diukur oleh nasional, laporan kabupaten/kota diukur oleh provinsi. Jadi jika indeks daya saing kita lemah, itu tanggung jawab kita semua, khususnya Brida sebagai instansi riset dan inovasi,” tegasnya.
Mantan Bupati Wakatobi dua periode itu juga mengkritisi menurunnya skor LAKIP Provinsi Sulawesi Tenggara dari B ke C, dan menekankan bahwa IDSD merupakan indikator penting yang mencerminkan hasil pembangunan di mata rakyat.
“Kalau IDSD kita rendah, maka untuk apa APBD Rp4,7 triliun itu? Karena IDSD itu adalah cerminan produktivitas, dari petani, nelayan, hingga sektor industri kreatif dan pariwisata,” jelas Hugua.
Hugua lalu menyebutkan bahwa skor IDSD Sultra saat ini berada di angka 3,46, meningkat dari tahun sebelumnya yang berada di angka 3,36. Namun begitu, skor tersebut masih perlu ditingkatkan agar daya saing daerah Sultra mampu bersaing secara nasional.
“Sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, saya merasa bangga karena indeks daya saing daerah kita menunjukkan tren positif. Hal ini mencerminkan bahwa produktivitas masyarakat Sulawesi Tenggara terus meningkat, ditandai dengan bertumbuhnya berbagai produk unggulan daerah,” ujar Hugua.
Discussion about this post