“Kalau sudah ada jembatan, saya tidak basah lagi pulang sekolah. Bisa langsung belajar, tidak kedinginan,” ucap Rafi, siswa kelas 3 SD sambil tersenyum malu-malu.
Warga Torokeku sebenarnya tidak menuntut fasilitas mewah. Mereka hanya ingin akses yang layak, aman, dan manusiawi. Terlambatnya pembangunan jembatan selama lebih dari dua tahun telah menguji kesabaran dan ketabahan mereka.
Kini, janji pemerintah menjadi tumpuan terakhir untuk memulihkan kembali rasa kepercayaan warga terhadap negara. Meski demikian, banyak pihak berharap agar janji pembangunan ini tidak berhenti pada wacana.
Ketegasan perencanaan dan transparansi anggaran menjadi kunci utama agar kepercayaan masyarakat tidak kembali runtuh seperti jembatan yang telah roboh.
“Kami tidak mau hanya diberi harapan, kami butuh bukti. Anak-anak kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” tegas Lukman, tokoh masyarakat Desa Torokeku.
Pembangunan jembatan ini bukan sekadar soal infrastruktur, melainkan tentang martabat dan keselamatan warga desa yang selama ini merasa terabaikan.
Masyarakat kini menunggu, bukan dengan euforia, tetapi dengan doa yang diam-diam mereka langitkan agar janji itu benar-benar menyentuh tanah dan menjadi nyata.
Penulis: Pyan
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post