Yang paling penting, kata August adalah membantu anak-anak muda untuk memastikan mengapa pemilu itu penting. Oleh karena itu selain penyelenggara, mereka juga harus dibaca oleh partai politik.
“Bagaimanapun juga kalau kita lihat misalnya 37 persenan dari data yang ada kepercayaan ke parpol anggaplah rendah, ini akan menjadi tantangan tersendiri,” urai August.
Padahal dari data survei yang ada, concern anak-anak muda terhadap masa depannya manifes.
“Contohnya, mereka nggak concern ke urusan pemilu atau nggak pemilunya, tapi concern mereka akan tantangan masa depan tentang pekerjaan, tentang kesehatan, tentang isu lingkungan hidup, energi terbarukan, itu semua pada akhirnya menjadi problem-problem politik,” ujar August.
“Ini sebenarnya menjadi PR kita bersama. Saya kira KPU punya PR untuk menjawab kebutuhan itu,” tekan August menambahkan.
Kekecewaan Generasi Z
Dalam kesempatan itu, moderator mengaitkan soal kekecewaan anak-anak muda saat Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dengan dunia politik. Dalam hal ini bagaimana merangkul mereka kembali agar mau, misalnya, ikut serta dalam Pemilu mendatang.
August menjawab bahwa KPU tidak akan masuk ke dalam ranah tersebut. Tapi bagaimana merangkul anak-anak muda agar berpartisipasi dalam pesta politik mendatang adalah sebuah tantangan tersendiri.
Tentunya KPU akan menggunakan saluran-saluran yang biasa dipakai anak muda untuk berinteraksi, semisal stand up comedy atau masuk ke komunitas-komunitas anak muda agar tingkat kepercayaan mereka terhadap partai politik meningkat.
“Begitu juga dengan pemanfaatan sistem teknologi informasi terkini untuk mempermudah kerja KPU,” pungkas August.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post