Menurutnya, politik identitas tetap ada di masyarakat. Misalnya, saat pemilu, terdapat kesamaan baik dari latar belakang seseorang dengan salah satu calon peserta pemilu, sehingga seorang memilih calon peserta pemilu tersebut.
“Realitas politik identitas itu ada, tinggal bagaimana kita bisa berkomunikasi kepada mereka. Jangan sampai pilihan politik itu menimbulkan konflik internal,” tutur Syekh Djunaidi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Syekh Djunaidi mengajak seluruh majelis-majelis agama yang tergabung dalam FKUB untuk membahas program-program dengan menyatukan persepsi sehingga menghasilkan langkah yang terbaik untuk mencegah konflik akibat politik identitas.
“Mari kita sama-sama bekerja untuk tetap menjaga kerukunan, hindari pertentangan. Mari wujudkan harmonisasi untuk Konsel Maju,” ujarnya.
Discussion about this post