Sebagai bunda asuh, saat ini terdapat 48 anak dalam pengasuhan Yayuk. Mereka bermukim di wilayah Yogyakarta. Tepatnya di Kabupaten Kulonprogo. Setidaknya setiap hari Yayuk menanggung konsumsi 48 anak asuhnya, berupa pemberian dua telur per anak, minimal selama enam bulan.
“Bantuan itu disalurkan melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK). Tugas TPK selain menyalurkan bantuan dari para pihak, juga mendampingi keluarga risiko stunting agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan dikonsumsi setiap hari,” papar Yayuk.
Selain Kulonprogo, tepatnya di Kelurahan Kalirejo, Yayuk juga akan menjelajah Gunung Kidul, masih di DI Yogyakarta, di akhir September 2023. Bukan sendiri, ia akan mengajak beberapa rekannya. Lokasi yang dituju adalah Kecamatan Semanu. Di sana, selain menebar bantuan, Yayuk kemungkinan juga akan menggelar sosialisasi tentang stunting, penyebab dan solusinya.
Sosialisasi memang penting dilakukan. Mengapa? Menurut data, sebagian besar keluarga berisiko stunting berasal dari keluarga mampu. Penyebabnya, adanya pola asuh terhadap anak yang dilakukan tidak tepat.
“Ibu sibuk. Anak dirawat kakek dan neneknya. Mereka tidak paham tentang pola asuh. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat,” terang Yayuk.
Adakah kaitan stunting dengan dunia olahraga? Menurut Yayuk, “Ada”.
“Anak-anak dari usia bayi harus dibimbing dan diarahkan ke sektor olahraga. Artinya, mereka harus diperhatikan asupan gizinya. Kita angkat mereka menjadi bibit-bibit unggul. Ini memang tidak bisa jadi tugas pemerintah, tetapi menjadi tugas para pembina olahraga, didukung ‘corporate social responsibility’ (CSR) perusahaan. Kita ingin terjadi regenerasi olahraga ke depan,” harap Yayuk Basuki.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post